Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh pernah ditanya: “Bagaimanakah cara agar bisa ikhlas dalam menuntut ilmu?”
Beliau menjawab:
Ikhlas dalam menuntut ilmu itu bisa dicapai dengan beberapa hal:
Pertama, belajar dengan niat melaksanakan perintah Alloh. Karena Alloh telah memerintahkannya, Alloh berfirman (yang artinya),
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
“Maka ketahuilah bahwasanya tiada sesembahan yang hak selain Alloh dan mintalah ampun atas dosa-dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Dan Alloh subhanahu wa ta’ala juga mendorong orang supaya menuntut ilmu. Sedangkan dorongan Alloh atas sesuatu memberikan konsekuensi kecintaan dan keridhoan Alloh terhadap hal itu.
Kedua, belajar dengan niat menjaga syariat Alloh. Karena menjaga syariat Alloh hanya bisa dilakukan dengan mempelajari dan menghafalkannya, dan bisa juga dengan mencatat.Ketiga, belajar dengan niat untuk melindungi syariat dan membelanya. Karena seandainya tidak ada ulama niscaya syariat tidak akan terlindungi. Dan tidak ada seorang pun yang menjadi pembelanya. Oleh sebab itu, misalnya, kita dapati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan ulama yang lainnya bersikap lantang memusuhi ahli bid’ah dan membeberkan kebatilan bid’ah-bid’ah mereka, maka kami berkeyakinan bahwa mereka itu memperoleh kebaikan (pahala) banyak sekali.
Keempat, belajar dengan niat mengikuti syariat Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Karena tidak mungkin bisa mengikuti syariat beliau kecuali bila sudah mengetahui isi syariat ini.
Kelima, belajar dengan niat menghilangkan kebodohan dari dirimu sendiri dan orang lain (Diambil dari Kitabul ‘Ilmi, hal. 199, cetakan Daar Ats Tsuraya).
Pandai Memanfaatkan Waktu
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh juga pernah ditanya: Apakah saran anda tentang pemanfaatan waktu dan bagaimana cara menjaganya agar tidak terbuang sia-sia?
Beliau menjawab:
Para penuntut ilmu sudah semestinya menjaga waktunya agar tidak terbuang sia-sia. Sedangkan penyia-nyiaan waktu itu memiliki beberapa bentuk:
Pertama, tidak mau mengingat-ingat pelajaran dan tidak membaca lagi apa yang sudah pernah dipelajari.
Kedua, duduk-duduk bersama dengan teman-temannya dan membicarakan permasalahan yang sia-sia dan tidak berfaedah.
Ketiga, ini merupakan yang paling berbahaya bagi penuntut ilmu. Yaitu dia tidak punya keinginan selain membuntuti ucapan orang, si anu bilang demikian, si itu bilang begini. Apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, padahal perkara itu tidak penting bagi dirinya. Tak diragukan lagi bahwa perbuatan ini jelas termasuk tanda kelemahan Islam di dalam dirinya. Karena Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مِن حُسْنِ إسلام المرء تركه ما لا يَعنيه
“Salah satu tanda kebaikan Islam seseorang adalah mau meninggalkan perkara yang tidak penting baginya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir)
Menyibukkan diri dengan kabar yang tersebar dari mulut ke mulut serta terlalu banyak bertanya adalah perbuatan menyia-nyiakan waktu. Pada hakikatnya ini adalah penyakit. Apabila penyakit itu sudah menjangkiti seseorang dan menjadi tekadnya yang terbesar -kita mohon keselamatan darinya kepada Alloh- maka terkadang hal itu menimbulkan permusuhan dengan orang yang sebenarnya tidak layak untuk dimusuhi, atau membela orang yang sebenarnya tidak layak untuk dibela, hanya gara-gara terlalu memperhatikan urusan tersebut, sampai-sampai membuatnya lalai untuk menimba ilmu. Dia berdalih bahwa hal itu dilakukannya demi memperjuangkan kebenaran. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Akan tetapi perbuatan ini justru membuat diri seseorang disibukkan dengan urusan yang tidak penting baginya.
Adapun apabila tiba-tiba datang berita tanpa kau cari-cari dan tanpa kau minta maka setiap orang juga menerima berita, namun tidaklah hal itu membuat mereka sibuk dengannya, dan itu juga tidak menjadi keinginannya yang terbesar. Sebab hal ini tentu saja akan menyibukkan penuntut ilmu dan menjadikan urusannya berantakan, bahkan bisa menyebabkan terbukanya pintu hizbiyah (fanatisme kelompok) sehingga menimbulkan perpecahan.” (Diterjemahkan dari Kitabul ‘Ilmi, hal. 205 Daar Ats Tsuraya).
***
Dialihbahasakan oleh: Abu Muslih Ari Wahyudi
Murojaah: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
Wednesday, 14 July 2010
Tangisan Shalafush Sholeh karena Takut Allah
Menangis karena khasyatullah (rasa takut kepada Allah Ta’ala) merupakan amalan hati yang mulia karena dapat menghalangi diri dari bermaksiat kepada-Nya. Orang-orang shalih terdahulu menangis karena Allah yang merupakan penyebab turunnya rahmat Allah. Hati mereka begitu lembut, peka dan halus.
Berikut ini beberapa kisah dari para shalafush sholeh tentang tangisan mereka karena takut kepada Allah.
1.
Dari Abdurrahman bin Hafsh al-Qurasyi, dia menuturkan biasanya apabila Ali bin Husain berwudhu wajahnya memucat. Hal ini menyebabkan keluarganya bertanya, “Mengapa hal itu selalu terjadi padamu ketika berwudhu?” Ia pun menjawab, “Tahukah kalian di hadapan siapakah aku hendak berdiri?”2.
Dari Abu Shalih, dia berkata, “Tatkala penduduk Yaman datang ke Madinah pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, mereka mendengarkan al-Qur’an, lalu menangis. Kemudian Abu Bakar pun berkata, ‘Seperti inilah keadaan kami (para shahabat dahulu), kemudian setelah zaman berlalu mengeraslah kebanyakan hati manusia’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]
3.
Asy-Sya’bi berkata bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu pernah mendengarkan seorang laki-laki sedang membaca,
Artinya: “Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi. Tidak seorang pun yang dapat menolaknya.” [QS. Ath-Thur: 7-8]
Kemudian Umar pun menangis dan tangisannya semakin menjadi-jadi. Maka ditanya tentang hal tersebut. Ia pun menjawab, “Tinggalkan aku sendiri! Karena aku telah mendengar sumpah yang haq itu dari Rabbku.”
4.
Al-Marwadzi menuturkan bahwa Imam Ahmad jika mengingat kematian, air matanya tak dapat tertahankan. Ia berkata, “Ketakutan menghalangi aku dari makan dan minum. Apabila aku mengenang kematian menjadi hinalah seluruh isi dunia di hadapanku. Sesungguhnya ia hanyalah makanan dan pakaian (yang tiada artinya dibandingkan dengan yang ada di akhirat). Sesungguhnya hari-hari di dunia adalah hari-hari yang sedikit tidak sebanding dengan kefakiran, kalau sekiranya aku menemukan suatu jalan niscaya aku akan keluar dari jalan tersebut sehingga aku tidak akan pernah mengenang kematian.”
5.
Dari Abu as-Safar, dia menceritakan bahwa Ali sering terlihat mengenakan baju tertentu. Ketika beliau ditanya akan hal itu, beliau menjawab, “Sesungguhnya pakaian itu adalah pemberian kekasih dan kesayanganku yaitu Umar. Sesungguhnya Umar selalu menasehati (orang lain) karena Allah, maka Allah memberinya petunjuk.” Lantas Ali pun menangis. [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]
6.
Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Ayahku pernah berkata kepadaku, ‘Takutlah terhadap Rabbmu, menetaplah di rumahmu, kuasailah lidahmu, dan menangislah dengan mengingat dosa-dosamu’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Duniya]
7.
Dari Syaqiq bin Salamah, dia berkata, “Kami pernah masuk ke rumah Khabbab radhiyallahu’anhu untuk menjenguknya, lalu Khabbab berkata, ‘Di dalam kotak ini ada 80 ribu dirham. Aku tak pernah mengikatnya dengan tali, dan tidak pula menahannya dari orang yang meminta.’ Kemudian orang-orang bertanya, ‘Lantas apa yang membuat anda menangis?’ Khabbab menjawab, ‘Para sahabatku telah pergi, dan dunia tidak membuat mereka kekurangan sedikit pun (karena zuhud). Lalu tersisalah orang-orang seperti kita (yang hidup bergelimang harta) sampai-sampai tidak mendapatkan tempat untuk menaruhnya kecuali tanah’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim, dan riwayat lain yang menguatkannya ada di Shahih al-Bukhari]
8.
Ja’far berkisah, “Suatu saat kami berkunjung ke rumah Abi at-Tayyah untuk menjenguknya, maka dia berkata, “Demi Allah, seharusnya seorang muslim menambah usaha dan kesungguhan mereka ketika melihat apa yang melanda manusia berupa keacuhan dan sikap peremehan mereka terhadap perintah Allah’. Lalu ia pun menangis.”
9.
Dari Abu Raja’ al-Utharidi, dia menuturkan, “Tempat mengalirnya air mata Ibnu Abbas seperti tali sandal yang usang karena banyaknya air mata yang mengalir.”
10.
Dari Atha’ al-Khaffaf, dia berkata, “Tak pernah satu kali pun aku menjumpai Sufyan ats-Tsauri, melainkan dalam keadaan menangis.” Aku bertanya , ‘Ada apa denganmu?’ Ia menjawab. ‘Aku merasa takut kalau aku yang disebut dalam Lauhul Mahfuzh sebagai orang yang sengsara’.”
11.
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah melihat seorang pemuda sedang tertawa terbahak-bahak. Maka al-Hasan berkata kepadanya, “Wahai anak muda, apakah kamu telah melewati sirath (titian menuju surga yang terbentang di atas neraka, pent)?”
“Tidak,” jawab sang pemuda. Al-Hasan bertanya lagi, “Apakah engkau mengetahui bahwa dirimu termasuk penghuni surga atau penghuni neraka?”
“Tidak juga,” ujar sang pemuda. “Lalu mengapa kamu tertawa seperti itu,” kata al-Hasan. Setelah peristiwa itu, si pemuda tidak pernah tertawa lagi hingga maut menjemputnya.
Itulah beberapa kisah mereka yang patut kita contoh. Namun jangan lupa untuk menyembunyikan amalan hati ini agar kita terlepas dari penyakit riya’ dan ujub. Berusahalah untuk menyembunyikan tangisan semampunya. Jika tak mampu maka berdoalah dengan doa berikut ini:
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu pun, sementara aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu dari perbuatan syirik yang tidak aku sadari.” -Shalihah.com-
Rujukan: Menangis, Terapi Syar’i Meluluhkan Kerasnya Hati, Shalih bin Shuwalih al-Hasawi, Penerbit Darul Haq
Berikut ini beberapa kisah dari para shalafush sholeh tentang tangisan mereka karena takut kepada Allah.
1.
Dari Abdurrahman bin Hafsh al-Qurasyi, dia menuturkan biasanya apabila Ali bin Husain berwudhu wajahnya memucat. Hal ini menyebabkan keluarganya bertanya, “Mengapa hal itu selalu terjadi padamu ketika berwudhu?” Ia pun menjawab, “Tahukah kalian di hadapan siapakah aku hendak berdiri?”2.
Dari Abu Shalih, dia berkata, “Tatkala penduduk Yaman datang ke Madinah pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu’anhu, mereka mendengarkan al-Qur’an, lalu menangis. Kemudian Abu Bakar pun berkata, ‘Seperti inilah keadaan kami (para shahabat dahulu), kemudian setelah zaman berlalu mengeraslah kebanyakan hati manusia’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]
3.
Asy-Sya’bi berkata bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu pernah mendengarkan seorang laki-laki sedang membaca,
Artinya: “Sesungguhnya azab Rabbmu pasti terjadi. Tidak seorang pun yang dapat menolaknya.” [QS. Ath-Thur: 7-8]
Kemudian Umar pun menangis dan tangisannya semakin menjadi-jadi. Maka ditanya tentang hal tersebut. Ia pun menjawab, “Tinggalkan aku sendiri! Karena aku telah mendengar sumpah yang haq itu dari Rabbku.”
4.
Al-Marwadzi menuturkan bahwa Imam Ahmad jika mengingat kematian, air matanya tak dapat tertahankan. Ia berkata, “Ketakutan menghalangi aku dari makan dan minum. Apabila aku mengenang kematian menjadi hinalah seluruh isi dunia di hadapanku. Sesungguhnya ia hanyalah makanan dan pakaian (yang tiada artinya dibandingkan dengan yang ada di akhirat). Sesungguhnya hari-hari di dunia adalah hari-hari yang sedikit tidak sebanding dengan kefakiran, kalau sekiranya aku menemukan suatu jalan niscaya aku akan keluar dari jalan tersebut sehingga aku tidak akan pernah mengenang kematian.”
5.
Dari Abu as-Safar, dia menceritakan bahwa Ali sering terlihat mengenakan baju tertentu. Ketika beliau ditanya akan hal itu, beliau menjawab, “Sesungguhnya pakaian itu adalah pemberian kekasih dan kesayanganku yaitu Umar. Sesungguhnya Umar selalu menasehati (orang lain) karena Allah, maka Allah memberinya petunjuk.” Lantas Ali pun menangis. [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]
6.
Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, “Ayahku pernah berkata kepadaku, ‘Takutlah terhadap Rabbmu, menetaplah di rumahmu, kuasailah lidahmu, dan menangislah dengan mengingat dosa-dosamu’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Duniya]
7.
Dari Syaqiq bin Salamah, dia berkata, “Kami pernah masuk ke rumah Khabbab radhiyallahu’anhu untuk menjenguknya, lalu Khabbab berkata, ‘Di dalam kotak ini ada 80 ribu dirham. Aku tak pernah mengikatnya dengan tali, dan tidak pula menahannya dari orang yang meminta.’ Kemudian orang-orang bertanya, ‘Lantas apa yang membuat anda menangis?’ Khabbab menjawab, ‘Para sahabatku telah pergi, dan dunia tidak membuat mereka kekurangan sedikit pun (karena zuhud). Lalu tersisalah orang-orang seperti kita (yang hidup bergelimang harta) sampai-sampai tidak mendapatkan tempat untuk menaruhnya kecuali tanah’.” [diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim, dan riwayat lain yang menguatkannya ada di Shahih al-Bukhari]
8.
Ja’far berkisah, “Suatu saat kami berkunjung ke rumah Abi at-Tayyah untuk menjenguknya, maka dia berkata, “Demi Allah, seharusnya seorang muslim menambah usaha dan kesungguhan mereka ketika melihat apa yang melanda manusia berupa keacuhan dan sikap peremehan mereka terhadap perintah Allah’. Lalu ia pun menangis.”
9.
Dari Abu Raja’ al-Utharidi, dia menuturkan, “Tempat mengalirnya air mata Ibnu Abbas seperti tali sandal yang usang karena banyaknya air mata yang mengalir.”
10.
Dari Atha’ al-Khaffaf, dia berkata, “Tak pernah satu kali pun aku menjumpai Sufyan ats-Tsauri, melainkan dalam keadaan menangis.” Aku bertanya , ‘Ada apa denganmu?’ Ia menjawab. ‘Aku merasa takut kalau aku yang disebut dalam Lauhul Mahfuzh sebagai orang yang sengsara’.”
11.
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah melihat seorang pemuda sedang tertawa terbahak-bahak. Maka al-Hasan berkata kepadanya, “Wahai anak muda, apakah kamu telah melewati sirath (titian menuju surga yang terbentang di atas neraka, pent)?”
“Tidak,” jawab sang pemuda. Al-Hasan bertanya lagi, “Apakah engkau mengetahui bahwa dirimu termasuk penghuni surga atau penghuni neraka?”
“Tidak juga,” ujar sang pemuda. “Lalu mengapa kamu tertawa seperti itu,” kata al-Hasan. Setelah peristiwa itu, si pemuda tidak pernah tertawa lagi hingga maut menjemputnya.
Itulah beberapa kisah mereka yang patut kita contoh. Namun jangan lupa untuk menyembunyikan amalan hati ini agar kita terlepas dari penyakit riya’ dan ujub. Berusahalah untuk menyembunyikan tangisan semampunya. Jika tak mampu maka berdoalah dengan doa berikut ini:
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu pun, sementara aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampunan-Mu dari perbuatan syirik yang tidak aku sadari.” -Shalihah.com-
Rujukan: Menangis, Terapi Syar’i Meluluhkan Kerasnya Hati, Shalih bin Shuwalih al-Hasawi, Penerbit Darul Haq
Yang Pertama dari Para Wanita Penggenggam Bara
Dialah wanita shalihah itu, yang hidup bersama sang suami dalam naungan kerajaan Fir’aun. Suaminya adalah orang dekat Fir’aun, sedang ia sendiri adalah pembantu dan pengasuh puteri-puteri Fir’aun.
Allah Ta’ala mengaruniakan keimanan kepada keduanya. Sang suami tidak sabar memberitahukan keimanannya kepada Fir’aun sehingga Fir’aun pun membunuhnya.
Sang istri tetap bekerja di rumah Fir’aun sebagai penyisir rambut puteri-puteri Fir’aun. Ia menafkahi kelima anaknya dan memberi mereka makan sebagaimana (kasih sayang) induk burung memberi makan anak-anaknya.
Suatu hari…, ketika ia menyisir rambut seorang puteri Fir’aun, terjatuhlah sisir dari genggamannya.
“Bismillaah,” ucapnya.
“Allah? Kenapa tidak ayahku?” sergah sang puteri Fir’aun.
“Tidak, tetapi Allah! Rabb-ku, Rabb-mu, dan Rabb ayahmu,” jawab sang penyisir kepada puteri Fir’aun.
Namun, sang puteri tidak terima apabila selain ayahnya disembah. Dan segera ia kabarkan hal itu kepada sang ayah.
Fir’aun merasa heran ada orang di dalam istananya yang menyembah selainnya.
Fir’aun pun memanggil sang penyisir rambut.
“Siapa Rabb-mu?” tanyanya.
“Rabb-ku dan rabb-mu adalah Allah,” jawabnya.
Diapun menyuruhnya untuk segera murtad dari agamanya. Diapun mengurung dan memukuli sang penyisir tetapi usahanya itu tak juga membuatnya murtad. Fir’aun minta disediakan panci dari tembaga yang dipenuhi minyak lalu dibakar hingga mendidih.Wanita tersebut diberdirikan di hadapan panci tadi. Melihat siksaan itu, ia malah yakin bahwa dirinya hanyalah sebuah jiwa yang ketika keluar, ia pun akan degera menjumpai Allah Ta’ala. Fir’aun tahu, insan terkasih wanita itu adalah kelima buah hatinya, anak-anak yatim yang ia perjuangkan dan ia nafkahi. Dia hendak menambah siksaannya dengan menghadirkan kelima anaknya yang masih belia.
Mata mereka tampak kebingungan, mereka tidak tahu hendak digiring kemana… Ketika melihat sang ibu, mereka langsung mendekap erat sambil menangis. Sang ibu tundukkan badan, memeluk, mencium, dan mengecup mereka sambil menangis tersedu. Ia raih yang terkecil di antara mereka, Ia dekap ke dadanya dan ia susui.
Melihat pemandangan ini, Fir’aun memerintahkan tentaranya untuk mengambil anak sulungnya. Para tentara itu segera menyeret untuk menceburkannya ke dalam minyak yang sedang mendidih. Sang anak memanggil-manggil ibunya. Ia meminta tolong sambil memelas di hadapan para tentara dan mengiba kepada Fir’aun. Ia terus meronta, berusaha melepaskan dan melarikan diri.
Ia memanggil-manggil adik-adiknya, ia pukuli para tentara dengan kedua tangan mungilnya. Para tentara pun melempar dan mendorongnya. Sang ibu hanya bisa memandang dan melepas kepergiannya.
Tak lama berselang, anak kecil itu pun dilempar ke dalam minyak. Sang ibu hanya bisa menangis sambil memandanginya, sedangkan saudara-saudaranya menutup mata mereka dengan tangan-tangan mungil mereka. Hingga, tatkala daging tubuh bagian atasnya yang ringkih meleleh dan tulang belulangnya yang putih mengambang di atas minyak, Fir’aun memalingkan pandangannya kepada sang ibu dan menyuruhnya kufur kepada Allah. Namun, sang ibu menolak…
Fir’aun pun murka, ia menyuruh untuk mengambil anak keduanya. Ia ditarik paksa dari sisi sang ibu. Ia meraung-raung meminta tolong. Hanya beberapa saat, iapun dilempar ke dalam minyak. Lagi-lagi, sang ibu hanya bisa memandanginya. Hinga tulang-belulangnya yang putih mengapung dan bercampur dengan tulang saudaranya. Sang ibu tetap tegar dalam agamanya. Ia yakin akan perjumpaan dengan Rabb-nya.
Fir’aun kembali menyuruh untuk mengambil anak ketiga. Ia langsung diseret dan didekatkan ke panci yang tengah mendidih itu. Ia segera diangkat dan diceburkan ke dalam minyak tadi. Ia pun mengalami nasib yang sama dengan kedua kakaknya.
Tetapi sang ibu tetap kokoh dalam agamanya.
Fir’aun kembali menyuruh untuk melempar anak keempat ke dalam minyak. Para tentara segera mendatanginya. Ia masih kecil. Ia bergelayut di baju ibunya. Ketika para tentara menariknya, ia menjerit sambil memegangi kedua kaki ibunya. Air matanya membasahi kedua kaki sang ibu, sedangkan sang ibu berusaha menggendongnya bersama adiknya.
Ia berusaha melepas kepergiannya, mencium, dan mengecupnya sebelum berpisah. Para tentara itu pun memisahkan keduanya. Mereka raih kedua tangan mungil itu lalu menyeretnya, sementara ia terus dan terus menangis meminta tolong. Ia merajuk dengan kata-kata yang belum dapat dimengerti. Akan tetapi, mereka tidak juga mengasihinya.
Beberapa saat kemudian ia pun ditenggelamkan ke dalam minyak yang mendidih. Jasadnya lenyap dan suaranya hilang, lalu sang ibu mencium aroma daging. Tulang-belulangnya yang kecil nan putih naik ke permukaan minyak yang menyemburkannya. Sang ibu memandangi tulang-belulang itu. Sang anak telah meninggalkannya ke negeri lain. Ia hanya bisa menangis, tercacah oleh perpisahan dengan si buah hati.
Teringatlah, betapa ia dahulu mendekapnya ke dada dan menyusukan ke putingnya. Dan seringkali ia terjaga di malam hari ketika si buah hati terjaga dari tidurnya dan menangis karena tangisannya. Entah berapa malam yang telah ia habiskan di pangkuan sang ibu sambil memain-mainkan rambutnya. Entah berapa kali sang ibu harus ambilkan mainan-mainannya dan ia kenakan pakaiannya.
Namun, ia paksakan dirinya untuk tetap tegar dan terus bertahan.
Para tentara itu memandangi dan segera mendatanginya. Mereka renggut anak kelima yang masih menyusu itu dari kedua tangannya, padahal ia sedang mengulum puting ibunya…
Terlepas dari ibunya, si kecilpun menjerit dan menangislah wanita malang itu. Tatkala Allah Ta’ala melihat penghinaan terhadapnya, juga kesedihan dan kehilangan akan sang anak, Dia membuat si bayi yang masih dalam buaian itu berbicara.
“Wahai Ibu,” sapanya.
“Bersabarlah karena sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.”
Suara itu tak terdengar lagi olehnya. Si bungsu segera dibenamkan ke dalam panci bersama saudara-saudaranya yang lain.
Sang bayi ditenggelamkan ke dalam minyak yang mendidih ketika mulutnya masih menyisakan susu… di tangannya tersangkut sehelai rambut sang ibu… dan di bajunya tersisa air mata sang bunda.
Kelima anaknya pun pergilah sudah… Di sana, tulang-belulang mereka berkilapan dari dalam panci. Gumpalan-gumpalan daging mereka tersembur bersama minyak. Dan wanita malang itu hanya mampu melihat… oada tulang-belulang kecil itu…
Tulang-tulang siapa? Mereka adalah anak-anaknya yang sudah memenuhi rumahnya dengan tawa dan bahagia… mereka adalah permata hatinya… belahan jiwanya… yang ketika berpisah dengan mereka seakan hatinya tercabut dari rongga dadanya.
Sering mereka berlarian dan berhamburan ke hadapannya… Lalu sang ibu mendekap erat mereka di dadanya. Ia kenakan baju mereka dengan tangannya. Ia usap linangan air mata mereka dengan jemarinya… Tetapi sekarang… inilah mereka yang dirampas dari hadapannya, mereka dibunuh di depan kedua matanya. Mereka tinggalkan ia sendiri… mereka pergi darinya. Dan sebentar lagi ia akan bersama mereka.
Bisa saja ia menyelamatkan mereka dari siksa ini dengan kalimat kufur yang ia perdengarkan kepada Fir’aun. Namun ia sadar, apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal.
Kemudian, tatkala tidak ada lagi yang tersisi selain dirinya, para tentara pun segera mendatanginya bagai anjing-anjing buas. Mereka mendorongnya ke depan panci. Ketika mereka mengangkat tubuhnya dan hendak melemparnya ke dalam minyak, ia pandangi tulang-belulang anak-anaknya. Terbayang olehnya kebersamaan dengan mereka dalam kehidupan ini. Lalu ia palingkan pandangannya kepada Fir’aun.
“Aku minta kau kabulkan permintaanku,” ucapnya.
“Apa permintaanmu?” teriak Fir’aun.
“Kumpulkan tulangku dengan tulang anak-anakku dan kuburkan dalam satu kuburan,” pintanya.
Ia pejamkan matanya, lalu ia pun dilemparkan ke dalam panci. Jasadnya pun terpanggang dan tulang-belulangnya segera mengambang…
Subhanallaah, agung nian ketabahan sang wanita penyisir rambut ini… Betapa banyak pahalanya.
Pada malam Isra’, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat sebagian kenikmatan yang diraihnya. Maka beliau ceritakan hal itu kepada para Shahabat. Inilah penuturan beliau, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi:
“Ketika aku di-Isra’-kan, terhembuslah kepadaku aroma yang harum semerbak. Akupun bertanya, ‘Aroma apa ini? Maka dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah penyisir rambut puteri Fir’aun dan anak-anaknya’.” [Pembahasa tentang derajat hadits dan kisah ini dapat dibaca di artikel berikut ini: Masyithoh Tukang Sisir Putri Fir’aun oleh Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf.]
Allahu akbar, ia berlelah-lelah sebentar tetapi kemudian banyak bersenang-senang.
Diketik ulang oleh shalihah.com dari buku Kemuliaan Muslimah Penggenggam Bara Api, DR. Muhammad bin ‘Abdirrahman al-’Uraifi, Media Tarbiyah
Allah Ta’ala mengaruniakan keimanan kepada keduanya. Sang suami tidak sabar memberitahukan keimanannya kepada Fir’aun sehingga Fir’aun pun membunuhnya.
Sang istri tetap bekerja di rumah Fir’aun sebagai penyisir rambut puteri-puteri Fir’aun. Ia menafkahi kelima anaknya dan memberi mereka makan sebagaimana (kasih sayang) induk burung memberi makan anak-anaknya.
Suatu hari…, ketika ia menyisir rambut seorang puteri Fir’aun, terjatuhlah sisir dari genggamannya.
“Bismillaah,” ucapnya.
“Allah? Kenapa tidak ayahku?” sergah sang puteri Fir’aun.
“Tidak, tetapi Allah! Rabb-ku, Rabb-mu, dan Rabb ayahmu,” jawab sang penyisir kepada puteri Fir’aun.
Namun, sang puteri tidak terima apabila selain ayahnya disembah. Dan segera ia kabarkan hal itu kepada sang ayah.
Fir’aun merasa heran ada orang di dalam istananya yang menyembah selainnya.
Fir’aun pun memanggil sang penyisir rambut.
“Siapa Rabb-mu?” tanyanya.
“Rabb-ku dan rabb-mu adalah Allah,” jawabnya.
Diapun menyuruhnya untuk segera murtad dari agamanya. Diapun mengurung dan memukuli sang penyisir tetapi usahanya itu tak juga membuatnya murtad. Fir’aun minta disediakan panci dari tembaga yang dipenuhi minyak lalu dibakar hingga mendidih.Wanita tersebut diberdirikan di hadapan panci tadi. Melihat siksaan itu, ia malah yakin bahwa dirinya hanyalah sebuah jiwa yang ketika keluar, ia pun akan degera menjumpai Allah Ta’ala. Fir’aun tahu, insan terkasih wanita itu adalah kelima buah hatinya, anak-anak yatim yang ia perjuangkan dan ia nafkahi. Dia hendak menambah siksaannya dengan menghadirkan kelima anaknya yang masih belia.
Mata mereka tampak kebingungan, mereka tidak tahu hendak digiring kemana… Ketika melihat sang ibu, mereka langsung mendekap erat sambil menangis. Sang ibu tundukkan badan, memeluk, mencium, dan mengecup mereka sambil menangis tersedu. Ia raih yang terkecil di antara mereka, Ia dekap ke dadanya dan ia susui.
Melihat pemandangan ini, Fir’aun memerintahkan tentaranya untuk mengambil anak sulungnya. Para tentara itu segera menyeret untuk menceburkannya ke dalam minyak yang sedang mendidih. Sang anak memanggil-manggil ibunya. Ia meminta tolong sambil memelas di hadapan para tentara dan mengiba kepada Fir’aun. Ia terus meronta, berusaha melepaskan dan melarikan diri.
Ia memanggil-manggil adik-adiknya, ia pukuli para tentara dengan kedua tangan mungilnya. Para tentara pun melempar dan mendorongnya. Sang ibu hanya bisa memandang dan melepas kepergiannya.
Tak lama berselang, anak kecil itu pun dilempar ke dalam minyak. Sang ibu hanya bisa menangis sambil memandanginya, sedangkan saudara-saudaranya menutup mata mereka dengan tangan-tangan mungil mereka. Hingga, tatkala daging tubuh bagian atasnya yang ringkih meleleh dan tulang belulangnya yang putih mengambang di atas minyak, Fir’aun memalingkan pandangannya kepada sang ibu dan menyuruhnya kufur kepada Allah. Namun, sang ibu menolak…
Fir’aun pun murka, ia menyuruh untuk mengambil anak keduanya. Ia ditarik paksa dari sisi sang ibu. Ia meraung-raung meminta tolong. Hanya beberapa saat, iapun dilempar ke dalam minyak. Lagi-lagi, sang ibu hanya bisa memandanginya. Hinga tulang-belulangnya yang putih mengapung dan bercampur dengan tulang saudaranya. Sang ibu tetap tegar dalam agamanya. Ia yakin akan perjumpaan dengan Rabb-nya.
Fir’aun kembali menyuruh untuk mengambil anak ketiga. Ia langsung diseret dan didekatkan ke panci yang tengah mendidih itu. Ia segera diangkat dan diceburkan ke dalam minyak tadi. Ia pun mengalami nasib yang sama dengan kedua kakaknya.
Tetapi sang ibu tetap kokoh dalam agamanya.
Fir’aun kembali menyuruh untuk melempar anak keempat ke dalam minyak. Para tentara segera mendatanginya. Ia masih kecil. Ia bergelayut di baju ibunya. Ketika para tentara menariknya, ia menjerit sambil memegangi kedua kaki ibunya. Air matanya membasahi kedua kaki sang ibu, sedangkan sang ibu berusaha menggendongnya bersama adiknya.
Ia berusaha melepas kepergiannya, mencium, dan mengecupnya sebelum berpisah. Para tentara itu pun memisahkan keduanya. Mereka raih kedua tangan mungil itu lalu menyeretnya, sementara ia terus dan terus menangis meminta tolong. Ia merajuk dengan kata-kata yang belum dapat dimengerti. Akan tetapi, mereka tidak juga mengasihinya.
Beberapa saat kemudian ia pun ditenggelamkan ke dalam minyak yang mendidih. Jasadnya lenyap dan suaranya hilang, lalu sang ibu mencium aroma daging. Tulang-belulangnya yang kecil nan putih naik ke permukaan minyak yang menyemburkannya. Sang ibu memandangi tulang-belulang itu. Sang anak telah meninggalkannya ke negeri lain. Ia hanya bisa menangis, tercacah oleh perpisahan dengan si buah hati.
Teringatlah, betapa ia dahulu mendekapnya ke dada dan menyusukan ke putingnya. Dan seringkali ia terjaga di malam hari ketika si buah hati terjaga dari tidurnya dan menangis karena tangisannya. Entah berapa malam yang telah ia habiskan di pangkuan sang ibu sambil memain-mainkan rambutnya. Entah berapa kali sang ibu harus ambilkan mainan-mainannya dan ia kenakan pakaiannya.
Namun, ia paksakan dirinya untuk tetap tegar dan terus bertahan.
Para tentara itu memandangi dan segera mendatanginya. Mereka renggut anak kelima yang masih menyusu itu dari kedua tangannya, padahal ia sedang mengulum puting ibunya…
Terlepas dari ibunya, si kecilpun menjerit dan menangislah wanita malang itu. Tatkala Allah Ta’ala melihat penghinaan terhadapnya, juga kesedihan dan kehilangan akan sang anak, Dia membuat si bayi yang masih dalam buaian itu berbicara.
“Wahai Ibu,” sapanya.
“Bersabarlah karena sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.”
Suara itu tak terdengar lagi olehnya. Si bungsu segera dibenamkan ke dalam panci bersama saudara-saudaranya yang lain.
Sang bayi ditenggelamkan ke dalam minyak yang mendidih ketika mulutnya masih menyisakan susu… di tangannya tersangkut sehelai rambut sang ibu… dan di bajunya tersisa air mata sang bunda.
Kelima anaknya pun pergilah sudah… Di sana, tulang-belulang mereka berkilapan dari dalam panci. Gumpalan-gumpalan daging mereka tersembur bersama minyak. Dan wanita malang itu hanya mampu melihat… oada tulang-belulang kecil itu…
Tulang-tulang siapa? Mereka adalah anak-anaknya yang sudah memenuhi rumahnya dengan tawa dan bahagia… mereka adalah permata hatinya… belahan jiwanya… yang ketika berpisah dengan mereka seakan hatinya tercabut dari rongga dadanya.
Sering mereka berlarian dan berhamburan ke hadapannya… Lalu sang ibu mendekap erat mereka di dadanya. Ia kenakan baju mereka dengan tangannya. Ia usap linangan air mata mereka dengan jemarinya… Tetapi sekarang… inilah mereka yang dirampas dari hadapannya, mereka dibunuh di depan kedua matanya. Mereka tinggalkan ia sendiri… mereka pergi darinya. Dan sebentar lagi ia akan bersama mereka.
Bisa saja ia menyelamatkan mereka dari siksa ini dengan kalimat kufur yang ia perdengarkan kepada Fir’aun. Namun ia sadar, apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal.
Kemudian, tatkala tidak ada lagi yang tersisi selain dirinya, para tentara pun segera mendatanginya bagai anjing-anjing buas. Mereka mendorongnya ke depan panci. Ketika mereka mengangkat tubuhnya dan hendak melemparnya ke dalam minyak, ia pandangi tulang-belulang anak-anaknya. Terbayang olehnya kebersamaan dengan mereka dalam kehidupan ini. Lalu ia palingkan pandangannya kepada Fir’aun.
“Aku minta kau kabulkan permintaanku,” ucapnya.
“Apa permintaanmu?” teriak Fir’aun.
“Kumpulkan tulangku dengan tulang anak-anakku dan kuburkan dalam satu kuburan,” pintanya.
Ia pejamkan matanya, lalu ia pun dilemparkan ke dalam panci. Jasadnya pun terpanggang dan tulang-belulangnya segera mengambang…
Subhanallaah, agung nian ketabahan sang wanita penyisir rambut ini… Betapa banyak pahalanya.
Pada malam Isra’, Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat sebagian kenikmatan yang diraihnya. Maka beliau ceritakan hal itu kepada para Shahabat. Inilah penuturan beliau, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh al-Baihaqi:
“Ketika aku di-Isra’-kan, terhembuslah kepadaku aroma yang harum semerbak. Akupun bertanya, ‘Aroma apa ini? Maka dikatakan kepadaku, ‘Ini adalah penyisir rambut puteri Fir’aun dan anak-anaknya’.” [Pembahasa tentang derajat hadits dan kisah ini dapat dibaca di artikel berikut ini: Masyithoh Tukang Sisir Putri Fir’aun oleh Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf.]
Allahu akbar, ia berlelah-lelah sebentar tetapi kemudian banyak bersenang-senang.
Diketik ulang oleh shalihah.com dari buku Kemuliaan Muslimah Penggenggam Bara Api, DR. Muhammad bin ‘Abdirrahman al-’Uraifi, Media Tarbiyah
Potret Kehidupan Keluarga Syaikh Ibnu Baz
SYEIKH IBNU BAZ Rahimahulloh Ta’ala DALAM KELUARGA
Segala puji hanya milik Alloh Rabb semesta alam, Sholawat serta salam selalu tercurah pada Nabi kita Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam, keluarga beliau, seluruh para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Semoga Alloh merahmati Imam Ibnu baz dengan keluasan rahmatNya dan menempatkannya pada surgaNya yang luas. Beliau adalah salah satu orang yang memiliki keistimewaan dengan sifat-sifat yang terpuji, perangai yang mulia, akhlak yang indah, tindak-tanduk yang baik, dan perasaan rendah hati yang besar. Beliau juga adalah salah satu orang yang patut untuk diikuti dalam adab, ilmu, akhlak dan sifatnya. Petunjuk beliau terbangun di atas kitabullah dan sunnah Rasul yang mulia. Terlebih lagi dalam hal kezuhudan, ibadah, amanah, kejujuran, penyandaran dan ketundukkan diri kepada Alloh. Juga dalam hal perasaan takut beliau kepada Alloh, kemurnian hatinya, kedermawanannya, baiknya pergaulan, cara dalam mengikuti sunnah Para salafusholih dan banyaknya ibadah beliau. Maka semoga Alloh merahmati beliau dan menjadikan surga firdaus menjadi tempat kembali beliau.
Dan sebagai ibrah bagi diriku dan saudara sekalian, saya akan berbicara tentang jalan hidup Imam Ibnu Baz rahimahulloh bersama keluarga dan kerabat-kerabat beliau, dengan menukil dari beberapa perkataan beliau yang tercantum dalam kitab “ Imam besar kaum muslimin pada abad ke dua puluh” (1/ 24-26/ cet. Pustaka ArRayyan)Syeikh Ibnu Baz wafat meninggalkan kedua istrinya:
Istri pertamanya : Ummu abdillah (Beliau menganjurkan kepada syaikh untuk menikah kembali karena beliau tidak mampu mengabdi kepada syeikh di usianya yang sudah tua)
Istri keduanya : Ummu Ahmad
Beliau Rahimahulloh juga memiliki 4 anak laki-laki dan 6 anak perempuan:
Anak laki-laki beliau:
Dari istri pertama : Abdurrahman ( dengan nama ini syaikh memakai kunyah) dan Abdullah
Dari istri kedua : Ahmad dan Kholid
Anak perempuan beliau: Saroh, Hindun, Mudhowy, Jauharoh, Haya’, Nauf.
Seluruh anak perempuan beliau menikah, adapun riwayat yang dinukil darinya bahwa anak perempuan beliau yang paling muda bernama Nada atau huda yang berumur 10 tahun maka itu tidak benar.
Maka, saya di sisni akan memulai menyebutkan sebagian perkataan anggota keluarga dan para kerabat beliau dengan memohon bantuan dari Allah Taala.
Abdullah (Anak laki-laki beliau yang paling besar)
Pertanyaan: Dengan kesibukan beliau, bagaimana beliau memilih waktu yang tepat untuk anggota keluarga, amak-anak dan cucu beliau rahimahulloh?
Jawab: Beliau rahimahullah mengkhususkan dua hari dalam seminggu, salah satu harinya beliau berikan untuk laki-laki dari anak-anak, cucu dan anggota keluarga beliau rahimahulloh, dan hari yang lain untuk wanita dari anak-anak, istri-istri, cucu dan anggota keluarga beliau rahimahulloh. Beliau duduk bersama mereka, berbicara kepada mereka semua dalam segala aspek perkara kehidupan, umum dan perkara dien. Beliau memberikan pengarahan dalam segala hal yang memiliki kebaikan dan kemaslahatan umum bagi anggota keluarga. Apabila ada masalah pada sebagian anggota keluarga, maka beliau menunda penyampaian karena kemurahan beliau dan menentukannya pada waktu yang tepat. Beliau mendidik Keluarganya yang kecil dengan hati-hati dan kasih sayang, sedang keluarga muslimah yang besar, beliau didik tanpa membeda-bedakan mereka. Beliau selalu berhati-hati dalam setiap perkara.
Abdurrahman (Anak laki-laki beliau yang kedua)
Pertanyaan: Apakah beliau dahulu memiliki nasehat-nasehat khusus yang beliau kemukakan kepada anda atau kepada anak-anak beliau?
Jawab: Beliau banyak memberikan nasehat keagamaan kepada kami sebagaimana halnya kepada setiap orang yang menemuinya, beliau juga selalu memfokuskan untuk memperhatikan masalah sholat dan menuntut ilmu.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan beliau tentang pendidikan putri-putrinya?
Jawab: Alhamdulillah, setiap anak syaikh dan cucu-cucu beliau mendapatkan pendidikan yang cukup, bahkan sebagian dari mereka dapat menempuh pendidikan universitas. Dan beliau dikenal memiliki semangat dalam mengajari mereka.
Pertanyaan: Berapa kali ayah anda (syeikh Ibnu Baz) berhaji ?
Jawab : Beliau berhaji sebanyak 60 kali
Syeikh Ahmad (putra ketiga Syaikh Ibnu Baz)
Pertanyaan : Bagaimana pendapat Anda terhadap sikap beliau tentang kakak dan saudara kandung beserta anak-anaknya ?
Jawab : Ayahanda –semoga Allah merahmati beliau- dahulu berziarah dan menelpon mereka, tidak berselang satu atau dua hari kecuali ayah berziarah kepada mereka meskipun ayahanda banyak kesibukan. Ayahanda dan paman memiliki hubungan kecintaan dan penghormatan yang kuat.
Pertanyaan : Dahulu sebagian besar waktu beliau banyak bersama orang, apakah beliau sempat makan bersama keluarga ?
Jawab : Beliau makan bersama keluarga hanya makan malam saja itupun kadang-kadang ketika beliau mengumpulkan keluarga dalam acara mingguan.
Ummu Abdillah ( istri beliau )
Pertanyan : Beliau memiliki dua istri, bagaimana beliau berbuat adil antara keduanya? Dan apa cara beliau untuk menyatukan hati hati anak-anak beliau ?
Jawaban : Beliau sangat bersemangat untuk selalu berbuat adil dalam segala sesuatu, baik dalam pemberian nafkah, jatah menginap dan dalam semua hal. Begitu pula dalam masalah berhaji. Saya pernah berhaji pada suatu tahun bersama beliau, dan pada tahun yang lain beliau berhaji bersama istri yang lain. Adapun kepada anak-anak, beliau selalu memotivasi mereka untuk saling menyambung silaturahmi dan saling berziarah.
Ummu Ahmad ( istri beliau )
Pertanyaan : Dalam pertemuan keluarga, apakah beliau mengkhususkan urusan keluarga saja atau urusan keluarga dan agama?
Jawab : Dalam pertemuan-pertemuan keluarga beliau biasa meminta beberapa putra beliau untuk membaca al qur’an kemudian beliau mentafsirkan beberapa ayat yang mudah. Setelah itu mereka mengajukan pertanyaan, permasalahan dan penjelasan kepada beliau dan lain sebagainya.
Sarah ( Putri beliau yang tertua )
Pertanyaan : Diantara sikap beliau didalam pendidikan yang banyak anda dapatkan, apakah anda ingat cara mendidik beliau yang berpengaruh pada anda dan anda berusaha untuk menerapkannya pada putra-putri anda ?
Jawab : Tidak mungkin untuk membatasi sisi tertentu dalam sikap beliau dalam pendidikan, yang mana kehidupan beliau –semoga Allah mengampuni beliau- bersama kami semuanya adalah cerminan dari pendidikan dan arahan beliau, akan tetapi diantara hal yang penting untuk disebutkan disini adalah semangat beliau dalam mengarahkan kami semenjak dini untuk selalu menunaikan sholat tepat pada waktunya. Beliau terus menerus mengawasi keistiqomahan kami dalam hal itu, baik anggota keluarga yang besar atau yang kecil. Alhandulillah saya bersemangat dalam mendidik anak-anak saya seperti cara beliau, dan Alhamdulillah saya bisa melakukan hal itu dengan pertolongan Allah. Putra saya yang paling kecil yaitu Abdul Aziz yang sekarang berumur 9 tahun Alhamdulillah tidak pernah terlewatkan sholat wajibnya sejak kurang lebih dua tahun lalu.
Jauharoh ( putri beliau )
Pertanyaan : Apa metode ayahanda yang mulia dalam masalah sholat ketika kalian masih kecil, dan sejak umur berapa beliau mulai membangunkan kalian untuk sholat fajar ?
Jawab : Beliau memulai pada saat kami berumur 7 tahun, beliau selalu memerintahkan untuk sholat dan menyampaikan tentang keutamaannya serta selalu memperingatkan supaya tidak melalaikan dan terlambat mengerjakannya, beliau mengatakan bila saya terlambat mengerjakannya : ‘ Berta’awudlah “.
Sepertinya dahulu aku pernah meninggalkannya, aku ingat, ketika aku kecil aku lupa mengerjakan sholat dhuhur dan ashar. Ketika beliau tahu hal itu beliau sangat marah dan berkata kepadaku :” Kalau kamu mendengar adzan bersegeralah mengerjakan sholat, bila kamu tidak tahu waktu tanyalah kepada kepada wanita agar memberi tahu waktunya”.
Ketika umur kami menginjak sekitar 9 tahun beliau mulai membangunkan kami untuk sholat subuh, beliau membangunkan kami satu persatu dan mengulang-ulang doa bangun tidur dan bertahlil serta mengatakan kepada kami :” Baca ini dan ini “. Maka beliau mengulang doa dipendengaran kami kemudian pergi sebentar dan beliau kembali lagi untuk memastikan bahwa kami benar-benar terbangun. Ketika kami telah memiliki telfon pararel dalam rumah beliau menghubungi satu persatu di kamar masing-masing untuk membangunkannya guna manunaikan sholat subuh, sampai-sampai saudaraku yang telah menikah yang tinggal disamping rumah kami, beliau pun menelfonnya.
Pertanyaan : Dan bagaimana dalam masalah hijab dan pakaian?
Jawab : Ketika sekitar umur 10 tahun kami memakai baju panjang (jubah), beliau sangat perhatian agar jubah itu panjang dan tidak tipis, dan beliau selalu mengingatkan hal itu. Ketika kami telah dewasa beliau memperingatkan kami dari model pakaian yang tidak menutup. Dalam masalah pakaian beliau senang pakaian panjang dan memiliki lengan panjang. Ketika dalam masa sempit, ibuku memberikan kami pakaian dengan lengan pendek, ketika itu kami masih kecil, beliau (ayah) merasa bimbang dengan hal itu dan meminta ibu untuk berhati-hati dan menjadikan lengannya panjang. Suatu ketika sebelum beliau wafat, kami mengucapkan salam kepadanya, maka beliau memegang salah satu dari kami untuk mendekat. Beliaupun menyentuh tangannya untuk mengetahui seberapa panjang lengan bajunya, bila tahu lengan itu pendek maka beliau menasehati untuk menutupinya.
Pertanyaan : Ketika terjadi sesuatu yang tidak beliau ridhoi baik perkataan atau perbuatan dari kalian ketika masa kecil, bagaimana beliau menghukumi perkara itu ?
Jawab : Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan kami sangat segan terhadap kepribadian beliau, kami tidak suka berbuat atau berkata yang membuat beliau marah, bila terjadi kesalahan beliau memanggil yang salah dan memberitahu sisi kesalahannya serta mengajari hal yang sepatutnya dilakukan. Dalam kondisi seperti ini akan nampak tanda-tanda kemarahan. Aku tidak ingat sama sekali kalau beliau pernah memukul, beliau tidak memukul tetapi mengajarkan dengan kata-kata.
Pertanyaan : Dari sekian sikap beliau dalam masalah pendidikan yang anda dapatkan darinya, apakah anda ingat sikap yang sangat membekas dan ingin anda terapkan pada putra-putri anda?
Jawab : Dari sekian sikap-sikap beliau yang saya ingat, ketika saya masih kecil saya salah dalam urutan berwudlu. Sayapun berselisih dengan saudara saya dalam hal itu. Maka saudara saya mengabarkan hal itu kepada ayah. Beliau lalu mengumpulkan kami dan memintaku untuk mengampil salah satu kitab fikih dan memintaku untuk membuka kitab masalah wudlu. Beliau memintaku untuk membacanya. Ketika aku telah membacanya, jelaslah bagiku kesalahanku dalam tatacara wudlu, lalu beliau berkata :” apakah kamu tahu sekarang ?”. aku menjawab :” iya”. Lalu beliau berkata :” Alhamdulillah”. Kemudian beliau menjelaskan kepadaku tatacara wudlu agar lebih faham. Ini menunjukkan perhatian beliau –semoga Allah merahmatinya- untuk memperingatkan dan memotivasi kami agar mentelaah permasalahan-permasalahan dalam kitab yang baik.
Nauf ( putri beliau yang paling kecil )
Pertanyaan : Dalam pergaulan dengan putra-putri beliau, apakah beliau memberikan perlakuan khusus terhadap putri-putri beliau ?
Jawab : Pergaulan beliau sama kepada semua putra-putrinya tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya, beliau tidak mengkhususkan perlakuan terhadap putri-putrinya akan tetapi beliau adil kepada kami dalam semua hal.
Wafa (cucu perempuan beliau dari putrinya yang bernama Sarah)
Pertanyaan : Ketika kalian kecil apakah kalian menonton televisi di rumah kakek kalian ?
Jawab : Di rumah kakek tidak ada sarana-sarana yang sia-sia yang sekarang beredar seperti televisi dan lain sebagainya.
Pertanyaan : Bagaimana hubungan beliau terhadap wanita-wanita sekeluarga ?
Jawab : beliau bersikap lemah lembut dan suka tersenyum kepada semua orang, beliau memiliki jiwa canda yang disukai, beliau menyambut dan menyapa semua wanita yang ada dalam pertemuan rutin keluarga serta menanyakan keadaan mereka.
Fatimah ( istri cucu beliau yang bernama Walid bin Abdillah)
Pertanyaan : Apakah anda ingat suatu momen bersama ayahanda ?
Jawab : Setelah pernikahanku selang 2 hari aku berziarah ke rumah beliau, ketika aku mengucapkan salam kepadanya beliau memegang tanganku sampai siku dan ketika itu aku memakai baju lengan pendek, maka beliau menasehatiku agar memakai baju dengan panjang karena lebih bisa menutupi, kemudian mendoakanku. Kejadian itu tidak akan pernah aku lupakan.
Maha (cucu beliau dari salah seorang putrinya)
Pertanyaan : Maukah anda menceritakan kepada kami salah satu momen pilihan ketika beliau bercanda bersama anak-anak kecil dan cucu-cucu beliau ?
Jawab : Dahulu beliau bersifat lemah lembut dalam bercanda bersama anak-anak kecil, cucu-cucu beliau dan secara umum kepada anak kecil lainnya. Kebanyakan beliau menanyai mereka dengan beberapa pertanyaan tertentu, seperti : siapa Robb mu? Siapa Nabimu ? apa agamamu? Apa kamu memiliki hafalan al qur’an ?. kemudian beliau mengajari jawabannya kalau mereka tidak tahu, namun waktu beliau sedikit untuk duduk bersama mereka dikarenakan banyaknya kesibukan beliau.
Semoga Allah merahmati dengan rahmat yang luas kepada Ibnu Baz; imam, sang pendidik, yang jadi panutan. Dan mengumpulkan beliau bersama golongan para Nabi, para siddiqin, Syuhada’ dan orang-orang sholih, dan merekalah sebaik-baik teman.
Sumber : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=328 • Diterjemahkan oleh direktori-islam.com • Dimuat ulang oleh shalihah.com
Segala puji hanya milik Alloh Rabb semesta alam, Sholawat serta salam selalu tercurah pada Nabi kita Muhammad Sholallohu alaihi wa sallam, keluarga beliau, seluruh para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Semoga Alloh merahmati Imam Ibnu baz dengan keluasan rahmatNya dan menempatkannya pada surgaNya yang luas. Beliau adalah salah satu orang yang memiliki keistimewaan dengan sifat-sifat yang terpuji, perangai yang mulia, akhlak yang indah, tindak-tanduk yang baik, dan perasaan rendah hati yang besar. Beliau juga adalah salah satu orang yang patut untuk diikuti dalam adab, ilmu, akhlak dan sifatnya. Petunjuk beliau terbangun di atas kitabullah dan sunnah Rasul yang mulia. Terlebih lagi dalam hal kezuhudan, ibadah, amanah, kejujuran, penyandaran dan ketundukkan diri kepada Alloh. Juga dalam hal perasaan takut beliau kepada Alloh, kemurnian hatinya, kedermawanannya, baiknya pergaulan, cara dalam mengikuti sunnah Para salafusholih dan banyaknya ibadah beliau. Maka semoga Alloh merahmati beliau dan menjadikan surga firdaus menjadi tempat kembali beliau.
Dan sebagai ibrah bagi diriku dan saudara sekalian, saya akan berbicara tentang jalan hidup Imam Ibnu Baz rahimahulloh bersama keluarga dan kerabat-kerabat beliau, dengan menukil dari beberapa perkataan beliau yang tercantum dalam kitab “ Imam besar kaum muslimin pada abad ke dua puluh” (1/ 24-26/ cet. Pustaka ArRayyan)Syeikh Ibnu Baz wafat meninggalkan kedua istrinya:
Istri pertamanya : Ummu abdillah (Beliau menganjurkan kepada syaikh untuk menikah kembali karena beliau tidak mampu mengabdi kepada syeikh di usianya yang sudah tua)
Istri keduanya : Ummu Ahmad
Beliau Rahimahulloh juga memiliki 4 anak laki-laki dan 6 anak perempuan:
Anak laki-laki beliau:
Dari istri pertama : Abdurrahman ( dengan nama ini syaikh memakai kunyah) dan Abdullah
Dari istri kedua : Ahmad dan Kholid
Anak perempuan beliau: Saroh, Hindun, Mudhowy, Jauharoh, Haya’, Nauf.
Seluruh anak perempuan beliau menikah, adapun riwayat yang dinukil darinya bahwa anak perempuan beliau yang paling muda bernama Nada atau huda yang berumur 10 tahun maka itu tidak benar.
Maka, saya di sisni akan memulai menyebutkan sebagian perkataan anggota keluarga dan para kerabat beliau dengan memohon bantuan dari Allah Taala.
Abdullah (Anak laki-laki beliau yang paling besar)
Pertanyaan: Dengan kesibukan beliau, bagaimana beliau memilih waktu yang tepat untuk anggota keluarga, amak-anak dan cucu beliau rahimahulloh?
Jawab: Beliau rahimahullah mengkhususkan dua hari dalam seminggu, salah satu harinya beliau berikan untuk laki-laki dari anak-anak, cucu dan anggota keluarga beliau rahimahulloh, dan hari yang lain untuk wanita dari anak-anak, istri-istri, cucu dan anggota keluarga beliau rahimahulloh. Beliau duduk bersama mereka, berbicara kepada mereka semua dalam segala aspek perkara kehidupan, umum dan perkara dien. Beliau memberikan pengarahan dalam segala hal yang memiliki kebaikan dan kemaslahatan umum bagi anggota keluarga. Apabila ada masalah pada sebagian anggota keluarga, maka beliau menunda penyampaian karena kemurahan beliau dan menentukannya pada waktu yang tepat. Beliau mendidik Keluarganya yang kecil dengan hati-hati dan kasih sayang, sedang keluarga muslimah yang besar, beliau didik tanpa membeda-bedakan mereka. Beliau selalu berhati-hati dalam setiap perkara.
Abdurrahman (Anak laki-laki beliau yang kedua)
Pertanyaan: Apakah beliau dahulu memiliki nasehat-nasehat khusus yang beliau kemukakan kepada anda atau kepada anak-anak beliau?
Jawab: Beliau banyak memberikan nasehat keagamaan kepada kami sebagaimana halnya kepada setiap orang yang menemuinya, beliau juga selalu memfokuskan untuk memperhatikan masalah sholat dan menuntut ilmu.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan beliau tentang pendidikan putri-putrinya?
Jawab: Alhamdulillah, setiap anak syaikh dan cucu-cucu beliau mendapatkan pendidikan yang cukup, bahkan sebagian dari mereka dapat menempuh pendidikan universitas. Dan beliau dikenal memiliki semangat dalam mengajari mereka.
Pertanyaan: Berapa kali ayah anda (syeikh Ibnu Baz) berhaji ?
Jawab : Beliau berhaji sebanyak 60 kali
Syeikh Ahmad (putra ketiga Syaikh Ibnu Baz)
Pertanyaan : Bagaimana pendapat Anda terhadap sikap beliau tentang kakak dan saudara kandung beserta anak-anaknya ?
Jawab : Ayahanda –semoga Allah merahmati beliau- dahulu berziarah dan menelpon mereka, tidak berselang satu atau dua hari kecuali ayah berziarah kepada mereka meskipun ayahanda banyak kesibukan. Ayahanda dan paman memiliki hubungan kecintaan dan penghormatan yang kuat.
Pertanyaan : Dahulu sebagian besar waktu beliau banyak bersama orang, apakah beliau sempat makan bersama keluarga ?
Jawab : Beliau makan bersama keluarga hanya makan malam saja itupun kadang-kadang ketika beliau mengumpulkan keluarga dalam acara mingguan.
Ummu Abdillah ( istri beliau )
Pertanyan : Beliau memiliki dua istri, bagaimana beliau berbuat adil antara keduanya? Dan apa cara beliau untuk menyatukan hati hati anak-anak beliau ?
Jawaban : Beliau sangat bersemangat untuk selalu berbuat adil dalam segala sesuatu, baik dalam pemberian nafkah, jatah menginap dan dalam semua hal. Begitu pula dalam masalah berhaji. Saya pernah berhaji pada suatu tahun bersama beliau, dan pada tahun yang lain beliau berhaji bersama istri yang lain. Adapun kepada anak-anak, beliau selalu memotivasi mereka untuk saling menyambung silaturahmi dan saling berziarah.
Ummu Ahmad ( istri beliau )
Pertanyaan : Dalam pertemuan keluarga, apakah beliau mengkhususkan urusan keluarga saja atau urusan keluarga dan agama?
Jawab : Dalam pertemuan-pertemuan keluarga beliau biasa meminta beberapa putra beliau untuk membaca al qur’an kemudian beliau mentafsirkan beberapa ayat yang mudah. Setelah itu mereka mengajukan pertanyaan, permasalahan dan penjelasan kepada beliau dan lain sebagainya.
Sarah ( Putri beliau yang tertua )
Pertanyaan : Diantara sikap beliau didalam pendidikan yang banyak anda dapatkan, apakah anda ingat cara mendidik beliau yang berpengaruh pada anda dan anda berusaha untuk menerapkannya pada putra-putri anda ?
Jawab : Tidak mungkin untuk membatasi sisi tertentu dalam sikap beliau dalam pendidikan, yang mana kehidupan beliau –semoga Allah mengampuni beliau- bersama kami semuanya adalah cerminan dari pendidikan dan arahan beliau, akan tetapi diantara hal yang penting untuk disebutkan disini adalah semangat beliau dalam mengarahkan kami semenjak dini untuk selalu menunaikan sholat tepat pada waktunya. Beliau terus menerus mengawasi keistiqomahan kami dalam hal itu, baik anggota keluarga yang besar atau yang kecil. Alhandulillah saya bersemangat dalam mendidik anak-anak saya seperti cara beliau, dan Alhamdulillah saya bisa melakukan hal itu dengan pertolongan Allah. Putra saya yang paling kecil yaitu Abdul Aziz yang sekarang berumur 9 tahun Alhamdulillah tidak pernah terlewatkan sholat wajibnya sejak kurang lebih dua tahun lalu.
Jauharoh ( putri beliau )
Pertanyaan : Apa metode ayahanda yang mulia dalam masalah sholat ketika kalian masih kecil, dan sejak umur berapa beliau mulai membangunkan kalian untuk sholat fajar ?
Jawab : Beliau memulai pada saat kami berumur 7 tahun, beliau selalu memerintahkan untuk sholat dan menyampaikan tentang keutamaannya serta selalu memperingatkan supaya tidak melalaikan dan terlambat mengerjakannya, beliau mengatakan bila saya terlambat mengerjakannya : ‘ Berta’awudlah “.
Sepertinya dahulu aku pernah meninggalkannya, aku ingat, ketika aku kecil aku lupa mengerjakan sholat dhuhur dan ashar. Ketika beliau tahu hal itu beliau sangat marah dan berkata kepadaku :” Kalau kamu mendengar adzan bersegeralah mengerjakan sholat, bila kamu tidak tahu waktu tanyalah kepada kepada wanita agar memberi tahu waktunya”.
Ketika umur kami menginjak sekitar 9 tahun beliau mulai membangunkan kami untuk sholat subuh, beliau membangunkan kami satu persatu dan mengulang-ulang doa bangun tidur dan bertahlil serta mengatakan kepada kami :” Baca ini dan ini “. Maka beliau mengulang doa dipendengaran kami kemudian pergi sebentar dan beliau kembali lagi untuk memastikan bahwa kami benar-benar terbangun. Ketika kami telah memiliki telfon pararel dalam rumah beliau menghubungi satu persatu di kamar masing-masing untuk membangunkannya guna manunaikan sholat subuh, sampai-sampai saudaraku yang telah menikah yang tinggal disamping rumah kami, beliau pun menelfonnya.
Pertanyaan : Dan bagaimana dalam masalah hijab dan pakaian?
Jawab : Ketika sekitar umur 10 tahun kami memakai baju panjang (jubah), beliau sangat perhatian agar jubah itu panjang dan tidak tipis, dan beliau selalu mengingatkan hal itu. Ketika kami telah dewasa beliau memperingatkan kami dari model pakaian yang tidak menutup. Dalam masalah pakaian beliau senang pakaian panjang dan memiliki lengan panjang. Ketika dalam masa sempit, ibuku memberikan kami pakaian dengan lengan pendek, ketika itu kami masih kecil, beliau (ayah) merasa bimbang dengan hal itu dan meminta ibu untuk berhati-hati dan menjadikan lengannya panjang. Suatu ketika sebelum beliau wafat, kami mengucapkan salam kepadanya, maka beliau memegang salah satu dari kami untuk mendekat. Beliaupun menyentuh tangannya untuk mengetahui seberapa panjang lengan bajunya, bila tahu lengan itu pendek maka beliau menasehati untuk menutupinya.
Pertanyaan : Ketika terjadi sesuatu yang tidak beliau ridhoi baik perkataan atau perbuatan dari kalian ketika masa kecil, bagaimana beliau menghukumi perkara itu ?
Jawab : Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan kami sangat segan terhadap kepribadian beliau, kami tidak suka berbuat atau berkata yang membuat beliau marah, bila terjadi kesalahan beliau memanggil yang salah dan memberitahu sisi kesalahannya serta mengajari hal yang sepatutnya dilakukan. Dalam kondisi seperti ini akan nampak tanda-tanda kemarahan. Aku tidak ingat sama sekali kalau beliau pernah memukul, beliau tidak memukul tetapi mengajarkan dengan kata-kata.
Pertanyaan : Dari sekian sikap beliau dalam masalah pendidikan yang anda dapatkan darinya, apakah anda ingat sikap yang sangat membekas dan ingin anda terapkan pada putra-putri anda?
Jawab : Dari sekian sikap-sikap beliau yang saya ingat, ketika saya masih kecil saya salah dalam urutan berwudlu. Sayapun berselisih dengan saudara saya dalam hal itu. Maka saudara saya mengabarkan hal itu kepada ayah. Beliau lalu mengumpulkan kami dan memintaku untuk mengampil salah satu kitab fikih dan memintaku untuk membuka kitab masalah wudlu. Beliau memintaku untuk membacanya. Ketika aku telah membacanya, jelaslah bagiku kesalahanku dalam tatacara wudlu, lalu beliau berkata :” apakah kamu tahu sekarang ?”. aku menjawab :” iya”. Lalu beliau berkata :” Alhamdulillah”. Kemudian beliau menjelaskan kepadaku tatacara wudlu agar lebih faham. Ini menunjukkan perhatian beliau –semoga Allah merahmatinya- untuk memperingatkan dan memotivasi kami agar mentelaah permasalahan-permasalahan dalam kitab yang baik.
Nauf ( putri beliau yang paling kecil )
Pertanyaan : Dalam pergaulan dengan putra-putri beliau, apakah beliau memberikan perlakuan khusus terhadap putri-putri beliau ?
Jawab : Pergaulan beliau sama kepada semua putra-putrinya tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya, beliau tidak mengkhususkan perlakuan terhadap putri-putrinya akan tetapi beliau adil kepada kami dalam semua hal.
Wafa (cucu perempuan beliau dari putrinya yang bernama Sarah)
Pertanyaan : Ketika kalian kecil apakah kalian menonton televisi di rumah kakek kalian ?
Jawab : Di rumah kakek tidak ada sarana-sarana yang sia-sia yang sekarang beredar seperti televisi dan lain sebagainya.
Pertanyaan : Bagaimana hubungan beliau terhadap wanita-wanita sekeluarga ?
Jawab : beliau bersikap lemah lembut dan suka tersenyum kepada semua orang, beliau memiliki jiwa canda yang disukai, beliau menyambut dan menyapa semua wanita yang ada dalam pertemuan rutin keluarga serta menanyakan keadaan mereka.
Fatimah ( istri cucu beliau yang bernama Walid bin Abdillah)
Pertanyaan : Apakah anda ingat suatu momen bersama ayahanda ?
Jawab : Setelah pernikahanku selang 2 hari aku berziarah ke rumah beliau, ketika aku mengucapkan salam kepadanya beliau memegang tanganku sampai siku dan ketika itu aku memakai baju lengan pendek, maka beliau menasehatiku agar memakai baju dengan panjang karena lebih bisa menutupi, kemudian mendoakanku. Kejadian itu tidak akan pernah aku lupakan.
Maha (cucu beliau dari salah seorang putrinya)
Pertanyaan : Maukah anda menceritakan kepada kami salah satu momen pilihan ketika beliau bercanda bersama anak-anak kecil dan cucu-cucu beliau ?
Jawab : Dahulu beliau bersifat lemah lembut dalam bercanda bersama anak-anak kecil, cucu-cucu beliau dan secara umum kepada anak kecil lainnya. Kebanyakan beliau menanyai mereka dengan beberapa pertanyaan tertentu, seperti : siapa Robb mu? Siapa Nabimu ? apa agamamu? Apa kamu memiliki hafalan al qur’an ?. kemudian beliau mengajari jawabannya kalau mereka tidak tahu, namun waktu beliau sedikit untuk duduk bersama mereka dikarenakan banyaknya kesibukan beliau.
Semoga Allah merahmati dengan rahmat yang luas kepada Ibnu Baz; imam, sang pendidik, yang jadi panutan. Dan mengumpulkan beliau bersama golongan para Nabi, para siddiqin, Syuhada’ dan orang-orang sholih, dan merekalah sebaik-baik teman.
Sumber : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=328 • Diterjemahkan oleh direktori-islam.com • Dimuat ulang oleh shalihah.com
Syaikh Ibnu Utsaimin di Mata Sang Istri
Segala puji bagi Allah dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabat yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Ummu ‘Abdullah, istri Syaikh kita, Muhammad bin Saleh al-’Utsaimin (rahimahullah). Wawancara itu dilakukan oleh saudari Maha binti Husain Ash-Shammari dan dimuat dalam Majalah “Al-Mutamayyizah”, Riyadh, KSA, Edisi No. 45, Ramadhan 1427H.
1
Apakah ada perubahan motivasi Syaikh dalam hal menuntut ilmu, berdakwah, dan beribadah saat beliau masih muda dan setelah tua?
Jawaban : Saya tidak menemukan penurunan dan pelemahan motivasinya dalam menuntut ilmu, berdakwah, dan beribadah meskipun usianya semakin lanjut. Sebaliknya, dia sibuk meningkatkan jadwalnya, seperti saat beliau sakit tetap bersemangat beribadah, beliau tidak lalai di saat apapun, beliau mengisi setiap detik waktunya dengan mengingat Allah, beribadah kepada Allah, mengajar, dan mengarahkan.2
Apa yang Anda lihat yang menakjubkan dalam hidup Syaikh?
Jawaban : Hidupnya merupakan contoh yang patut ditiru, terutama kesabarannya dan motivasinya dalam menuntut ilmu serta mengajar dan tidak pelit. Juga, bagi mereka yang tidak dekat dengannya tidak mengetahui keshalihannya.
3
Bagaimana Syaikh berinteraksi dengan anak-anaknya dalam kehidupan pribadi mereka?
Jawaban : Dalam menghadapi anak-anaknya, beliau membaginya dalam dua tahap. Pertama, pada saat mereka masih anak-anak, beliau dekat dengan mereka, merawat mereka, menanamkan beberapa prinsip-prinsip Islam pada diri mereka, mengikuti prestasi pendidikan mereka. Selain itu, ia langsung mengatur, menegur, dan mendorong mereka. Sebagai contoh, terkadang beliau membawa mereka ke masjid untuk melakukan shalat fardhu. Selain itu, beliau menyemangati mereka untuk berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan. Lebih jauh lagi, beliau akan mendorong mereka untuk mengingat beberapa surah pendek dari Al-Qur’an dan memberikan hadiah. Pada saat mereka remaja dan dewasa, beliau menaruh perhatian penuh terhadap pemenuhan kewajiban pada agama dan disiplin jika ada yang lalai. Beliau menggabungkannya dengan pengarahan dan peringanan hukuman. Pada waktu-waktu tertentu, beliau tidak ragu-ragu melakukan sesuatu yang dapat mengubah atau memperbaiki kesalahan mereka. Selain itu, beliau menaruh penuh kepercayaan kepada mereka untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga mereka bisa belajar untuk bergantung pada diri mereka sendiri; beliau terus menyemangati mereka pada kebenaran dan memeriksanya serta memberikan penghargaan pada mereka.
4
Mengapa Syaikh tidak menggunakan henna pada janggutnya?
Jawaban : Mungkin beliau tidak punya waktu untuk melakukannya. Saya pikir saya mendengar beliau berkata sesuatu tentang efeknya.
5
Apa saja yang dapat memancing kemarahan Syaikh dan bagaimana beliau menghadapi kemarahan Anda?
Jawaban : Kemarahannya muncul jika hak-hak Allah dilanggar. Mengenai kemarahan saya kepada anak-anak, beliau akan mencoba menenangkan saya pertama kalinya kemudian memberikan peringatan kepada yang salah. Secara umum, beliau seorang yang pendiam dan tidak gampang marah, jikapun marah, maka kemarahannya akan cepat reda, dan ini adalah rahmat dari Allah kepadanya, sesuatu yang saya harap dapat memilikinya.
6
Bagaimana cara beliau bangun dari tidurnya? Apakah beliau bergantung pada alarm jam, atau beliau meminta seseorang untuk membangunkannya?
Jawaban : Beliau bergantung kepada Allah kemudian alarm jam dan kemudian kami. Biasanya beliau bangun sebelum alarm bunyi dan sebelum saya bangun untuk membangunkannya.
7
Apakah Syaikh pernah pergi ke luar bersama keluarganya untuk piknik?
Jawaban : Ya, biasanya sekeluarga pergi piknik di hari Jum’at setelah mengerjakan Shalat Jum’at berjama’ah; kami pergi ke daerah di dekat padang gurun dengan membawa makan siang. Beliau memanfaatkan waktu ini untuk bermain dengan anak-anak seperti balapan dan berteka-teki. Selain itu, beliau membawa senapan kecil dan bermain tembak-tembakan dengan anak-anak.
8
Bagaimana dengan puasanya Syaikh sepanjang tahun?
Jawaban : Syaikh konsisten berpuasa tiga hari dalam sebulan sepanjang hidupnya. Selain itu, beliau melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, dan puasa di hari Ashura.
9
Bagaimana cara Syaikh memberikan nama pada anak-anaknya ?
Jawaban : Beliau memilihkan nama-nama seperti ‘Abdullah dan Abdurrahman1, beliau menyerahkannya selainnya kepada kami. Kami memilih nama dan memberikan kepadanya, beliau akan setuju atau meminta kami untuk mencari yang lain.
10
Hal-hal apa yang dapat membuat Syaikh senang?
Jawaban : Tak diragukan lagi, kebahagiaan Syaikh dikarenakan meningkatnya kekuatan Islam dan umat Islam. Mengenai kebahagiaannya di dalam rumah, diwujudkan dalam pertemuan dengan keluarga dan anak-anak.
Ana dapat melihat tanda-tanda kesenangan dan kebahagiaan pada dirinya saat bertemu dengan cucunya. Jubahnya beliau buka sehingga cucunya dapat bersembunyi didalamnya kemudian menanyakan tentang mereka beberapa kali sebelum membukanya kembali, hal ini akan dilakukannya beberapa kali. Kemudian, beliau membawa mereka ke perpustakannya dimana beliau biasa menyimpan permen khusus yang mereka sebut sebagai “abooye halawat” (permen ayah saya). Kami pastikan mereka tak akan dapat menemukannya kecuali dengan bantuan beliau. Selain itu, walaupun jadwalnya sangat padat, beliau selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi cucu-cucunya di rumah mereka atau di rumah sakit jika salah seorang dari mereka sakit; ini akan berpengaruh besar pada mereka.
11
Syaikh memiliki berapa anak?
Jawaban : Syaikh memiliki lima putra dan tiga putri.
12
Siapa diantara anak-anaknya yang paling ia sayangi?
Jawaban : Syaikh selalu berbuat adil kepada anak-anaknya di semua urusan, besar dan kecil. Jika beliau menemukan apapun perbedaan di antara mereka, ia tidak akan pernah menyatakannya secara terbuka karena ini bukanlah sebuah keadilan. Jika beliau hanya terlibat dalam masalah-masalah yang ringan, lalu siapa lagi yang kami harapkan?
13
Siapa di antara anak-anaknya yang paling terpengaruh oleh kematiannya?
Jawaban : Semuanya, dan kenyataannya bahwa saya merasa tidak sendirian dalam hal ini karena ia seorang sosok ayah bagi umat Islam di seluruh dunia, semuanya merasakan kesedihan atas kematiannya.
14
Siapa si anak bungsu?
Jawaban : Yang termuda adalah seorang anak perempuan berusia 21 tahun.
15
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Syaikh dalam menuntut ilmu dan apa peran Anda di dalamnya?
Jawaban : Syaikh mulai mengajar di Masjid Agung di Unayzah setelah wafatnya Syaikh ‘Abd ar-rahman bin Naasir as-Saa’di (rahimahullah) sebelum kami menikah. Pada saat itu, beliau menganggap dirinya sebagai seorang tholabul ‘ilm.
Mengenai bantuan saya, hal itu diwujudkan dengan tidak mengalihkan perhatiannya dari menuntut dan menyebarkan ilmu. Saya melayaninya dan menyediakan baginya apa saja yang dapat mendukung usahanya itu. Saya juga memperhatikan anak-anak dan mengurus mereka kecuali dalam hal-hal yang membutuhkan perhatiannya sehingga beliau dapat langsung memberikan arahan, peringatan, dan mencari jalan keluar.
16
Bagaimana beliau membagi waktu antara dakwah, yang mengambil sebagian besar waktunya, dengan tanggung jawab keluarga dan sosial?
Jawaban : Beliau mengatur waktunya dengan baik dan memberikan perhatian besar terhadapnya. Sebagai contoh, beliau mendedikasikan waktunya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah, beribadah, dan anak-anak. tanggung jawab sosial, dan menjunjung tinggi ikatan kekerabatan. Jika, pada waktu tertentu beliau tidak dapat langsung berbagi dalam beberapa tanggung jawab, maka beliau akan masih ingin berbagi bahkan melalui telepon.
17
Apa yang menjadi kebijakannya mengenai pendidikan dan pengarahan pada anak-anaknya?
Jawaban : Kebijakannya merupakan pendidikan, beliau tidak memaksa anak-anaknya untuk mencari keahlian khusus tetapi digunakan untuk berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan mereka. Sudah jelas terbukti bahwa anak-anaknya lulus dari berbagai jenis perguruan tinggi, ada yang lulusan ilmu syar’i, militer, dan juga pendidikan umum.
18
Mempertimbangkan pekerjaan Syaikh dan komitmennya, mau tak mau menyebabkan beliau sering berada jauh dari rumah dan keluarganya. Apa peran Anda dalam hal ini dan bagaimana Anda menutupi ketidakhadirannya?
Jawaban : Meskipun beliau jauh dari rumah untuk mengajar dan berdakwah di Unayzah atau saat berpergian, beliau akan tetap mengontrol anak-anaknya dengan menggunakan telepon dan memeriksa urusan mereka sekembalinya di rumah. Peran saya bahkan tidak layak disebutkan karena kami selalu merasakan kehadirannya di tengah-tengah kami.Secara umum, saya membuat anak-anak dapat merasakan tanggung jawab ayah mereka yang cukup besar dan karya-karyanya yang banyak. Karena itu, saya akan meminta anak-anak agar bersabar dan beliau akan memberikan gantinya begitu beliau kembali.
19
Dapatkan Anda memberitahu kepada kami tentang ibadahnya di rumah?
Jawaban : Beliau selalu menjaga shalat sunnah rawatib, kecuali dalam keadaan yang tak memungkinkan. Beliau biasa bangun di akhir malam semampunya kemudian shalat witir sebelum fajar muncul, disamping tidak henti muraja’ah dan istighfar.
20
Apa saja jadwal hariannya? Misalnya, ketika beliau tidur dan bangun, kapan beliau sarapan pagi, makan siang, dan makan malam?
Jawaban : Syaikh mengisi sepertiga malam terakhir dengan shalat sebanyak yang Allah anjurkan kemudian shalat witir sebelum adzan fajar. Setelah adzan, beliau selalu shalat sunnah fajar. Selanjutnya, beliau akan membangunkan keluarganya sebelum pergi untuk shalat di masjid. Kemudian kembali ke rumah untuk mengulang hapalan hariannya di halaman beserta beberapa ayat dari al-Quran sampai matahari terbit. Kemudian beliau tidur hingga pukul 08.00. Ini adalah jadwal hariannya di saat beliau tidak mengajar di universitas.
Setelah bangun lagi, beliau akan sarapan dan kemudian menyelesaikan pekerjaannya dan bacaannya di ruang kerjanya. Beliau menunaikan shalat duhaa sebelum berangkat ke masjid untuk melakukan shalat Dzuhur. Setelah kembali, beliau akan makan siang bersama keluarga sekitar pukul 1:30 siang. Selanjutnya beliau akan menerima telepon sekitar 20 menit sebelum masuk waktu Ashar. Beliau beristirahat selama lima belas menit atau kurang dari itu sebelum pergi ke masjid untuk shalat Ashar dan bertemu dengan orang-orang yang membutuhkannya. Dia akan kembali ke ruang kerjanya setelah mengatasi kebutuhan masyarakat untuk membaca sebelum pergi ke masjid lagi untuk shalat maghrib dan mengisi ceramah hingga waktu shalat Isha. Biasanya beliau pulang setelah itu untuk makan malam yang ringan sebelum masuk ke ruang belajar untuk memberikan ceramah ke luar Kerajaan melalui telelink atau mengadakan pertemuan. Hampir seperti ini jadwal beliau di sebagian besar waktunya meskipun akan berubah di beberapa keadaan seperti bulan Ramadhan, Haji, dan liburan musim panas.
Juga ada beberapa jadwal mingguan, ini akan terjadi di rumah maupun di luar rumah. Beberapa jadwal mingguan meliputi Rabu malam melakukan pertemuan dengan para hakim, pertemuan dengan para imam untuk menjadwalkan khutbah Jum’at di masjid, pertemuan dengan para staf universitas dan para profesor, dan pertemuan dengan masyarakat hisbah (orang-orang yang memerintahkan kepada kebenaran dan melarang apa-apa yang salah) hingga pukul 11 atau 12 malam kemudian beliau beranjak tidur.
21
Bagaimana jadwalnya selama bulan Ramadhan terutama setelah waktu berbuka?
Jawaban : Syaikh memiliki jadwal yang berbeda selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan sebagian besar waktunya di masjid untuk membaca al-Qur’an dan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, beliau mengundang beberapa orang tholabul ‘ilm dan orang miskin untuk ikut berbuka puasa bersama kami di rumah. Setelah shalat Isya, beliau akan kembali ke rumah untuk makan malam dan memberikan fatwa melalui telepon. Selain itu, orang-orang mengunjungi rumah kami untuk sekedar memberikan salam kepada Syaikh atau meminta fatwa kepada beliau.
22
Dimana Syaikh suka menghabiskan waktunya untuk istirahat?
Jawaban : Pada kenyataannya, Syaikh tidak mengenal istirahat, semua waktunya digunakan. Bahkan saat sedang duduk-duduk bersama kami, terkadang telepon berdering dan beliau akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menangani panggilan telpon itu. Waktu istirahat beliau hanyalah saat menyebarkan ilmu, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memberikan fatwa.
23
Berapa jam waktu tidurnya Syaikh dalam sehari?
Jawaban : Waktunya tak melebihi 3 – 4 jam. Secara total, tak melebihi 6 jam dalam seharinya.
24
Diantara siswanya, siapa yang paling dipujinya, sering disebut namanya, dan beliau senang atas kunjungannya?
Jawaban : Beliau tidak membeda-bedakan murid-muridnya. Semuanya sudah seperti anak-anaknya, beliau tidak memuji mereka secara khusus melainkan memandang mereka semuanya sama ketika menyambut mereka di rumah. Selain itu, beliau akan berusaha memenuhi acara-acara khusus, rapat, perjalanan, atau membantu mereka jika mereka membutuhkannya.
25
Bagaimana keluarga menghadapi keshalehan Syaikh?
Jawaban : Kami menjadikan beliau sebagai contoh panutan dalam segala hak dan kami memuji keshalehannya, yang membuat kami merasa nyaman karena beliau tidak suka adanya tingkah laku yang tidak baik berada di sekitanya. Beliau adalah orang yang sederhana yang menyukai kemudahan dalam segala hal.
26
Apakah beliau menangis saat Syaikh Abdul Aziz bin Baaz wafat?
Jawaban : Beliau sangat terpengaruh oleh wafatnya Syaikh, orang yang menjadi sumber ilmunya. Semua orang di sekililingnya merasakan besarnya dampak itu secara mendalam. Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita di dalam Surganya yang penuh keberkahan.
27
Apakah beliau pernah berpergian selain untuk tujuan menuntut ilmu?
Jawaban : Tidak, beliau tidak berpergian kecuali untuk menuntut ilmu. Beliau melakukan perjalanan ke Makkah untuk ‘umrah dimana beliau juga mendedikasikan waktunya untuk ceramah. Selain itu, beliau juga pergi ke Riyadh dan Tha’if untuk menghadiri rapat Komite Agung Cendikiawan dimana beliau juga mengadakan ceramah dan jadwal kuliah.
28
Bisakah Anda memberitahu kepada kami tentang kemurahan hati Syaikh kepada orang-orang yang membutuhkannya?
Jawaban : Kami dibiasakan untuk memahami perhatiannya kepada orang-orang yang membutuhkan, apakah mereka itu jauh maupun dekat. Misalnya, beliau selalu memperhatikan urusan di dalam keluarga dan kaum kerabat yang membutuhkan. Selain itu, beliau juga melakukan hal yang sama kepada tetangganya, membantu mereka dalam hal-hal yang mereka butuhkan, menghibur mereka dari rasa khawatir dan berbagi dengan kebahagiaan mereka.
29
Apa yang Anda pelajari dari Syaikh? Apakah Anda juga memperlajari fatwa? Apakah Anda pernah memberikan fatwa?
Jawaban : Saya belajar dari Syaikh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan ini, baik dari aspek sosial atau hukum. Mengenai pemberian fatwa, saya tak akan berani melakukan itu. Saya hanya menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang saya terima kemudian saya berikan kepada beliau.
30
Sebelum beliau wafat, apakah beliau memberikan pesan-pesan terakhirnya untuk orang yang dikasihinya?
Jawaban : Syaikh tidak memberikan pesan-pesan khusus sebelum beliau wafat, tapi sepanjang hidupnya, beliau memberikan pengarahan kepada semua orang yang berguna bagi kehidupan mereka dan agamanya.
31
Kami ingin mendengar pesan dari Anda untuk para istri penelepon dan para penuntut ilmu.
Jawaban : Mereka harus mempertahankan suami mereka, secara terbuka dan diam-diam. Selain itu, mereka harus mempersiapkan mereka agar terus dalam situasi dan kondisi yang terbaik untuk dapat berdakwah dan menuntut ilmu. Saya juga mendorong mereka agar tidak mengganggu jadwal suami yang padat dan perjalanan mereka, saat menuntut ilmu, membaca, dan berdakwah. Dengan kehendak Allah, mereka akan mendapatkan pahala.
32
Bisakah Anda memberitahu kami tentang cara Syaikh menerima tamu-tamunya?
Jawaban : Beliau menerima tamu-tamunya dengan sederhana dan terbuka menyambutnya. Beliau memastikan bahwa mereka merasa seperti tamu, dan tiada hari berlalu kecuali memberikan tamu-tamunya makanan, baik makan siang, makan malam atau diantaranya. Kami senang dengan tamu-tamunya dan menghormati mereka.
33
Bagaimana dengan jarangnya dan senangnya beliau saat bertemu dengan anak-anaknya atau para tetangga?
Syaikh bersikap dengan sederhana terhadap anak-anaknya dan para tetangga dan semua orang yang ada di sekelilingnya. Dan salah satu dari hal yang jarang terjadi dan merupakan liburan yang menyenangkan Syaikh gunakan untuk merekam beberapa bacaan pendek dan nasheed2 anak-anaknya dan terkadang di hadapan salah seorang anak tetangga. Kemudian beliau akan mengulang rekaman itu di hadapan orang-orang dalam beberapa pertemuan. Bahkan kami masih terus membuat rekaman tersebut sampai saat ini.
34
Apa saran Anda terhadap kerusakan yang tersebar di kerajaan kita?
Jawaban : Kita memohon kepada Allah agar kita dapat mempertahankan tanah kita dan melimpahkan kita keamanan dan keselamatan. Syaikh sering mengulangi menyebutkan bahwa beliau tidak tahu apakah ada negara di muka bumi ini yang memegang keyakinan yang benar seperti kerajaan kita ini. Demikian pula, beliau mengajak kita untuk menghadapinya dengan bijaksana, memberikan peringatan dengan baik, dan lebih baik berbuat baik dari pada dengan kekerasan.
35
Apakah Syaikh ada meminta Anda untuk melakukan sesuatu yang terasa aneh dan membuat Anda merasa ragu-ragu?
Jawaban : Ini mungkin tidak diketahui sebagian besar orang bahwa saya buta huruf dan tidak menerima sedikitpun pendidikan formal. Ketika saya pertama kali menikah dengan Syaikh, saya benar-benar sibuk melayaninya dan memberikannya kebenaran, lingkungan yang nyaman agar dapat menuntut ilmu dan mengajar. Setelah kami memiliki anak, saya sibuk dengan mereka, mengambil semua waktu saya untuk membesarkan mereka, disamping waktu yang saya habiskan untuk membantu dan mendukung Syaikh dalam menuntut ilmu. Setelah anak-anak besar dan tanggung jawab saya sedikit mereda, saya terkejut karena Syaikh mulai mengajak saya untuk ikut sekolah khusus orang tua. Meskipun awalnya saya ragu, namun akhirnya saya memutuskan untuk bergabung. Selama saya belajar, beliau mengikuti prestasi saya dan tidak membolehkan anak-anak untuk menandatangani laporan akademis saya. Beliau berkata, “Hanya sayalah yang menandatangi semua yang berhubungan dengan laporan akademismu.” Masa-masa belajar adalah periode yang tak terlupakan, manfaatnya tak terhitung nilainya.
36
Hadiah apa yang diberikan Syaikh kepada Anda, anak-anaknya, dan orang-orang pada umumnya?
Jawaban : Sepanjang hidupnya, beliau tak akan menahan apapun dari mereka yang dekat dan mereka yang jauh, dengan segenap kemampuannya. Hadiah terbesarnya untuk kita adalah dakwah dan doa, saya memohon kepada Allah untuk mengabulkan doanya, menerima amalan baiknya, dan memberikan kepada kita kemampuan agar selalu dalam kebenaran setelah kematiannya.
37
Apakah ada hal-hal yang indah yang dilakukan Syaikh dengan Anda yang pernah terjadi di masjid?
Jawaban : Beliau selalu mengatakan kepada kita tentang hal-hal yang dianggap layak untuk disebutkan.
38
Kapan Syaikh melakukan perjalanan dakwah dan bagaimana Anda menangani situasi itu?
Jawaban : Saya mengajak dan mendorongnya sebaik mungkin agar semuanya menjadi mudah baginya dengan cara menyediakan semua kebutuhannya. Pada umumnya, perjalanan itu hanya sedikit, dan biasanya saya ikut serta dalam kebanyakan perjalanan beliau.
39
Bisakah Anda memberitahu kami tentang kegunaan internet bagi Syaikh saat pertama kalinya diperkenalkan di kerajaan?
Jawaban : Beliau termasuk yang paling awal dalam memperoleh manfaat dari layanan ini dan mencoba memanfaatkannya untuk menyebarkan ilmu Islam. Tak ada yang lebih jelas selain pembuatan situs yang semuanya berisi hasil kerjanya. Saat ini situs ditangani oleh organisasi amal yang dibentuk setelah kematiannya.
40
Kapan Syaikh membeli mesin penjawab telepon otomatis?
Jawaban : Dari hal-hal yang tidak diketahui khalayak adalah Syaikh memiliki ketertarikan dengan perkembangan teknologi. Ada beberapa yang beliau gunakan seperti yang sering Anda lihat saat beliau gunakan tapi benda tersebut belum dilepas di pasaran, termasuk arloji elektronik, alat penunjuk arah kiblat, audio perekam, ponsel, dan mesin penjawab telepon otomatis, dan banyak gadget lainnya. Beliau mendapatkan mesin penjawab otomatis begitu mesin itu tersedia di kerajaan ini. Beliau sering menggunakannya, terkadang memogramnya dan merekam pesan sendiri, ketika akan mengadakan perjalanan, beliau akan meninggalkan pesan terperinci tentang cara untuk menghubunginya saat beliau pergi. Beliau merupakan sumber informasi bagi kami semua.
41
Apakah Syaikh membeli surat kabar dan bagaimana beliau mengetahui tentang berita lokal dan nasional?
Jawaban : Kami mendapatkan satu surat kabar sebagai hadiah dan beliau membacanya dikala sempat. Kadang beliau meminta kami untuk menggunting sebuah artkel atau berita sehingga dapat disimpan. Selain itu, beliau mendengar berita dari radio terutama saat sarapan sekitar jam 7 atau 8 pagi ketika beliau sedang ingin mendengarkan salah satu stasiun penyiaran Al-Qur’an dari Riyadh atau BBC. Selain itu, beliau mau mendengarkan analisa yang panjang dari sebuah berita jika hal itu merupakan perkembangan yang penting.
42
Apakah ada yang pernah menawarkan pada Syaikh untuk pindah ke Riyadh?
Jawaban : Sudah beberapa kali beliau diminta untuk pindah ke Riyadh, Madinah, dan Mekah. Bahkan beliau ditugaskan menjadi hakim di Provinsi Timur Al-Ihsaa tapi beliau melihat bahwa tinggal di Unayzah memiliki keuntungan yang besar, sehingga beliau menolak tawaran itu.
43
Selama kunjungan Raja Faisal (rahimahullah), Raja Khaled (rahimahullah), Raja Fahd (rahimahullah), dan pangeran lainnya, apa yang ditawarkan Syaikh buat mereka?
Jawaban : Ketika beliau di rumahnya yang terbuat dari lumpur di Unayzah, beliau dikunjungi oleh Raja Saud (rahimahullah), Raja Khaled (rahimahullah), dan Raja Fahd (rahimahullah), mereka kagum dengan kerendahan hatinya, keshalehannya, kesederhanaannya, dan ibadahnya.
44
Apakah ada yang menawarkan untuk memasang instrumen echo pada mikrofon di masjidnya Syaikh?
Jawaban : Syaikh tidak melihat hal itu.
45
Apakah Syaikh menikah dengan wanita lain selain Anda dan berapa banyak istrinya?
Jawaban : Tidak, Syaikh tidak menikah selain dengan saya. Dia pernah menikahi dua istri sebelum saya; istri pertamanya meninggal dunia dan Allah tidak berkehendak untuk melanjutkan pernikahannya yang kedua.
46
Kami butuh pesan dari Anda untuk orang-orang yang memiliki istri lebih dari satu.
Jawaban : Keadilan. Keadilan. Keadilan.
47
Jika seseorang meminta seorang bapak (contohnya Syaikh) untuk menegur saya sebagai seorang gadis, apa yang Anda harapkan darinya?
Jawaban : Beliau akan menegur Anda seperti beliau menegur anak perempuannya dan semua putri dari umat Islam untuk takut kepada Allah baik secara terbuka maupun diam-diam, untuk berbuat baik kepada orang tua, menjunjung tinggi ikatan kekerabatan, menjaga suami, dan ketakutan kepada Allah dalam membesarkan anak-anak secara Islami berdasarkan kemurahan hati dan kebaikan.
48
Apakah Syaikh memberitahu Anda tentang Mujahid di Chechnya dan tempat-tempat laih terutama karena telah sampai pada kami berita tentang mereka dan Fatwa?
Jawaban : Beliau tertarik mengikuti perkembangan kaum Muslim dimana-mana, di Palestina, Aljazair, Afganistan, dan Chechnya3.
49
Bagaimana Syaikh menerima berita tentang penyakitnya dan bagaimana beliau memberitahukannya kepada Anda tentang hal itu?
Jawaban : Beliau menerima berita itu dengan kesabaran, untuk mengharapkan pahala. Salah seorang anak saya melaporkan kepada saya bahwa setelah mereka menerima berita itu, beliau menyuruh mereka untuk menyimpan berita itu dari saudara-saudara mereka lainnya, saya, dan hanya dia yang akan menyampaikan berita itu. Beliau menyampaikan berita itu secara bertahap. Semoga Allah mengampuninya dan memberinya tempat tinggal yang luas di syurga.
50
Kami datang untuk mengetahui bahwa selama sakitnya Syaikh menolak untuk menyebut sakit kankernya sebagai “penyakit jahat” melainkan hanya menyebutnya sebagai berbahaya. Dapat Anda memberitahu kami tentang hal ini dan tentang kesabarannya?
Jawaban : Hal seperti itu bukan hanya setelah beliau sakit melainkan beliau telah berpendapat seperti itu sejak sebelumnya karena beliau tidak suka menggunakan istilah “jahat” untuk penyakit ini.
Adapun tentang kesabarannya, ini terlihat dalam penyakitnya dan saya tahu bahwa beliau sangat menderita karena penyakitnya itu. Rasa sakit membangunkannya berkali-kali di malam hari, setiap kali beliau ditanya tentang hal itu, beliau akan memastikan bahwa beliau mengatakan rasa sakit itu hanya sebagai informasi bukan sebagai keluhan karena beliau tahu bahwa pahala bagi mereka yang sabar.
Segala puji bagi Allah dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabat yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Catatan Kaki:
1. Merupakan nama dari dua anaknya.
2. Syaikh menyebutkan Nasyid Islami agar tidak membingungkan anak-anak kecil tersebut.
3. Diketahui bahwa Syaikh (rahimahullan) seperti para ulama lain yang dapat dipercaya di zaman kita, al-Albani, bin Baaz, serta Syaikh bin Shalih Al-Fauzan telah mengerahkan upaya yang besar untuk mengarahkan kaum muslim di negara ini dan negara lain atas realitas ini dan kondisi jihad dan memperingatkan mereka dari penyimpangan seperti terlihat dalam fatwa-fatwa yang mereka terbitkan dan saran.
Sumber: understand-islam.net diterjemahkan oleh Tim Shalihah.com • Sumber dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan Ummu ‘Abdullah, istri Syaikh kita, Muhammad bin Saleh al-’Utsaimin (rahimahullah). Wawancara itu dilakukan oleh saudari Maha binti Husain Ash-Shammari dan dimuat dalam Majalah “Al-Mutamayyizah”, Riyadh, KSA, Edisi No. 45, Ramadhan 1427H.
1
Apakah ada perubahan motivasi Syaikh dalam hal menuntut ilmu, berdakwah, dan beribadah saat beliau masih muda dan setelah tua?
Jawaban : Saya tidak menemukan penurunan dan pelemahan motivasinya dalam menuntut ilmu, berdakwah, dan beribadah meskipun usianya semakin lanjut. Sebaliknya, dia sibuk meningkatkan jadwalnya, seperti saat beliau sakit tetap bersemangat beribadah, beliau tidak lalai di saat apapun, beliau mengisi setiap detik waktunya dengan mengingat Allah, beribadah kepada Allah, mengajar, dan mengarahkan.2
Apa yang Anda lihat yang menakjubkan dalam hidup Syaikh?
Jawaban : Hidupnya merupakan contoh yang patut ditiru, terutama kesabarannya dan motivasinya dalam menuntut ilmu serta mengajar dan tidak pelit. Juga, bagi mereka yang tidak dekat dengannya tidak mengetahui keshalihannya.
3
Bagaimana Syaikh berinteraksi dengan anak-anaknya dalam kehidupan pribadi mereka?
Jawaban : Dalam menghadapi anak-anaknya, beliau membaginya dalam dua tahap. Pertama, pada saat mereka masih anak-anak, beliau dekat dengan mereka, merawat mereka, menanamkan beberapa prinsip-prinsip Islam pada diri mereka, mengikuti prestasi pendidikan mereka. Selain itu, ia langsung mengatur, menegur, dan mendorong mereka. Sebagai contoh, terkadang beliau membawa mereka ke masjid untuk melakukan shalat fardhu. Selain itu, beliau menyemangati mereka untuk berpuasa beberapa hari di bulan Ramadhan. Lebih jauh lagi, beliau akan mendorong mereka untuk mengingat beberapa surah pendek dari Al-Qur’an dan memberikan hadiah. Pada saat mereka remaja dan dewasa, beliau menaruh perhatian penuh terhadap pemenuhan kewajiban pada agama dan disiplin jika ada yang lalai. Beliau menggabungkannya dengan pengarahan dan peringanan hukuman. Pada waktu-waktu tertentu, beliau tidak ragu-ragu melakukan sesuatu yang dapat mengubah atau memperbaiki kesalahan mereka. Selain itu, beliau menaruh penuh kepercayaan kepada mereka untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga mereka bisa belajar untuk bergantung pada diri mereka sendiri; beliau terus menyemangati mereka pada kebenaran dan memeriksanya serta memberikan penghargaan pada mereka.
4
Mengapa Syaikh tidak menggunakan henna pada janggutnya?
Jawaban : Mungkin beliau tidak punya waktu untuk melakukannya. Saya pikir saya mendengar beliau berkata sesuatu tentang efeknya.
5
Apa saja yang dapat memancing kemarahan Syaikh dan bagaimana beliau menghadapi kemarahan Anda?
Jawaban : Kemarahannya muncul jika hak-hak Allah dilanggar. Mengenai kemarahan saya kepada anak-anak, beliau akan mencoba menenangkan saya pertama kalinya kemudian memberikan peringatan kepada yang salah. Secara umum, beliau seorang yang pendiam dan tidak gampang marah, jikapun marah, maka kemarahannya akan cepat reda, dan ini adalah rahmat dari Allah kepadanya, sesuatu yang saya harap dapat memilikinya.
6
Bagaimana cara beliau bangun dari tidurnya? Apakah beliau bergantung pada alarm jam, atau beliau meminta seseorang untuk membangunkannya?
Jawaban : Beliau bergantung kepada Allah kemudian alarm jam dan kemudian kami. Biasanya beliau bangun sebelum alarm bunyi dan sebelum saya bangun untuk membangunkannya.
7
Apakah Syaikh pernah pergi ke luar bersama keluarganya untuk piknik?
Jawaban : Ya, biasanya sekeluarga pergi piknik di hari Jum’at setelah mengerjakan Shalat Jum’at berjama’ah; kami pergi ke daerah di dekat padang gurun dengan membawa makan siang. Beliau memanfaatkan waktu ini untuk bermain dengan anak-anak seperti balapan dan berteka-teki. Selain itu, beliau membawa senapan kecil dan bermain tembak-tembakan dengan anak-anak.
8
Bagaimana dengan puasanya Syaikh sepanjang tahun?
Jawaban : Syaikh konsisten berpuasa tiga hari dalam sebulan sepanjang hidupnya. Selain itu, beliau melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, dan puasa di hari Ashura.
9
Bagaimana cara Syaikh memberikan nama pada anak-anaknya ?
Jawaban : Beliau memilihkan nama-nama seperti ‘Abdullah dan Abdurrahman1, beliau menyerahkannya selainnya kepada kami. Kami memilih nama dan memberikan kepadanya, beliau akan setuju atau meminta kami untuk mencari yang lain.
10
Hal-hal apa yang dapat membuat Syaikh senang?
Jawaban : Tak diragukan lagi, kebahagiaan Syaikh dikarenakan meningkatnya kekuatan Islam dan umat Islam. Mengenai kebahagiaannya di dalam rumah, diwujudkan dalam pertemuan dengan keluarga dan anak-anak.
Ana dapat melihat tanda-tanda kesenangan dan kebahagiaan pada dirinya saat bertemu dengan cucunya. Jubahnya beliau buka sehingga cucunya dapat bersembunyi didalamnya kemudian menanyakan tentang mereka beberapa kali sebelum membukanya kembali, hal ini akan dilakukannya beberapa kali. Kemudian, beliau membawa mereka ke perpustakannya dimana beliau biasa menyimpan permen khusus yang mereka sebut sebagai “abooye halawat” (permen ayah saya). Kami pastikan mereka tak akan dapat menemukannya kecuali dengan bantuan beliau. Selain itu, walaupun jadwalnya sangat padat, beliau selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi cucu-cucunya di rumah mereka atau di rumah sakit jika salah seorang dari mereka sakit; ini akan berpengaruh besar pada mereka.
11
Syaikh memiliki berapa anak?
Jawaban : Syaikh memiliki lima putra dan tiga putri.
12
Siapa diantara anak-anaknya yang paling ia sayangi?
Jawaban : Syaikh selalu berbuat adil kepada anak-anaknya di semua urusan, besar dan kecil. Jika beliau menemukan apapun perbedaan di antara mereka, ia tidak akan pernah menyatakannya secara terbuka karena ini bukanlah sebuah keadilan. Jika beliau hanya terlibat dalam masalah-masalah yang ringan, lalu siapa lagi yang kami harapkan?
13
Siapa di antara anak-anaknya yang paling terpengaruh oleh kematiannya?
Jawaban : Semuanya, dan kenyataannya bahwa saya merasa tidak sendirian dalam hal ini karena ia seorang sosok ayah bagi umat Islam di seluruh dunia, semuanya merasakan kesedihan atas kematiannya.
14
Siapa si anak bungsu?
Jawaban : Yang termuda adalah seorang anak perempuan berusia 21 tahun.
15
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan Syaikh dalam menuntut ilmu dan apa peran Anda di dalamnya?
Jawaban : Syaikh mulai mengajar di Masjid Agung di Unayzah setelah wafatnya Syaikh ‘Abd ar-rahman bin Naasir as-Saa’di (rahimahullah) sebelum kami menikah. Pada saat itu, beliau menganggap dirinya sebagai seorang tholabul ‘ilm.
Mengenai bantuan saya, hal itu diwujudkan dengan tidak mengalihkan perhatiannya dari menuntut dan menyebarkan ilmu. Saya melayaninya dan menyediakan baginya apa saja yang dapat mendukung usahanya itu. Saya juga memperhatikan anak-anak dan mengurus mereka kecuali dalam hal-hal yang membutuhkan perhatiannya sehingga beliau dapat langsung memberikan arahan, peringatan, dan mencari jalan keluar.
16
Bagaimana beliau membagi waktu antara dakwah, yang mengambil sebagian besar waktunya, dengan tanggung jawab keluarga dan sosial?
Jawaban : Beliau mengatur waktunya dengan baik dan memberikan perhatian besar terhadapnya. Sebagai contoh, beliau mendedikasikan waktunya untuk mengajar, memberi fatwa, berdakwah, beribadah, dan anak-anak. tanggung jawab sosial, dan menjunjung tinggi ikatan kekerabatan. Jika, pada waktu tertentu beliau tidak dapat langsung berbagi dalam beberapa tanggung jawab, maka beliau akan masih ingin berbagi bahkan melalui telepon.
17
Apa yang menjadi kebijakannya mengenai pendidikan dan pengarahan pada anak-anaknya?
Jawaban : Kebijakannya merupakan pendidikan, beliau tidak memaksa anak-anaknya untuk mencari keahlian khusus tetapi digunakan untuk berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan mereka. Sudah jelas terbukti bahwa anak-anaknya lulus dari berbagai jenis perguruan tinggi, ada yang lulusan ilmu syar’i, militer, dan juga pendidikan umum.
18
Mempertimbangkan pekerjaan Syaikh dan komitmennya, mau tak mau menyebabkan beliau sering berada jauh dari rumah dan keluarganya. Apa peran Anda dalam hal ini dan bagaimana Anda menutupi ketidakhadirannya?
Jawaban : Meskipun beliau jauh dari rumah untuk mengajar dan berdakwah di Unayzah atau saat berpergian, beliau akan tetap mengontrol anak-anaknya dengan menggunakan telepon dan memeriksa urusan mereka sekembalinya di rumah. Peran saya bahkan tidak layak disebutkan karena kami selalu merasakan kehadirannya di tengah-tengah kami.Secara umum, saya membuat anak-anak dapat merasakan tanggung jawab ayah mereka yang cukup besar dan karya-karyanya yang banyak. Karena itu, saya akan meminta anak-anak agar bersabar dan beliau akan memberikan gantinya begitu beliau kembali.
19
Dapatkan Anda memberitahu kepada kami tentang ibadahnya di rumah?
Jawaban : Beliau selalu menjaga shalat sunnah rawatib, kecuali dalam keadaan yang tak memungkinkan. Beliau biasa bangun di akhir malam semampunya kemudian shalat witir sebelum fajar muncul, disamping tidak henti muraja’ah dan istighfar.
20
Apa saja jadwal hariannya? Misalnya, ketika beliau tidur dan bangun, kapan beliau sarapan pagi, makan siang, dan makan malam?
Jawaban : Syaikh mengisi sepertiga malam terakhir dengan shalat sebanyak yang Allah anjurkan kemudian shalat witir sebelum adzan fajar. Setelah adzan, beliau selalu shalat sunnah fajar. Selanjutnya, beliau akan membangunkan keluarganya sebelum pergi untuk shalat di masjid. Kemudian kembali ke rumah untuk mengulang hapalan hariannya di halaman beserta beberapa ayat dari al-Quran sampai matahari terbit. Kemudian beliau tidur hingga pukul 08.00. Ini adalah jadwal hariannya di saat beliau tidak mengajar di universitas.
Setelah bangun lagi, beliau akan sarapan dan kemudian menyelesaikan pekerjaannya dan bacaannya di ruang kerjanya. Beliau menunaikan shalat duhaa sebelum berangkat ke masjid untuk melakukan shalat Dzuhur. Setelah kembali, beliau akan makan siang bersama keluarga sekitar pukul 1:30 siang. Selanjutnya beliau akan menerima telepon sekitar 20 menit sebelum masuk waktu Ashar. Beliau beristirahat selama lima belas menit atau kurang dari itu sebelum pergi ke masjid untuk shalat Ashar dan bertemu dengan orang-orang yang membutuhkannya. Dia akan kembali ke ruang kerjanya setelah mengatasi kebutuhan masyarakat untuk membaca sebelum pergi ke masjid lagi untuk shalat maghrib dan mengisi ceramah hingga waktu shalat Isha. Biasanya beliau pulang setelah itu untuk makan malam yang ringan sebelum masuk ke ruang belajar untuk memberikan ceramah ke luar Kerajaan melalui telelink atau mengadakan pertemuan. Hampir seperti ini jadwal beliau di sebagian besar waktunya meskipun akan berubah di beberapa keadaan seperti bulan Ramadhan, Haji, dan liburan musim panas.
Juga ada beberapa jadwal mingguan, ini akan terjadi di rumah maupun di luar rumah. Beberapa jadwal mingguan meliputi Rabu malam melakukan pertemuan dengan para hakim, pertemuan dengan para imam untuk menjadwalkan khutbah Jum’at di masjid, pertemuan dengan para staf universitas dan para profesor, dan pertemuan dengan masyarakat hisbah (orang-orang yang memerintahkan kepada kebenaran dan melarang apa-apa yang salah) hingga pukul 11 atau 12 malam kemudian beliau beranjak tidur.
21
Bagaimana jadwalnya selama bulan Ramadhan terutama setelah waktu berbuka?
Jawaban : Syaikh memiliki jadwal yang berbeda selama bulan Ramadhan. Beliau menghabiskan sebagian besar waktunya di masjid untuk membaca al-Qur’an dan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, beliau mengundang beberapa orang tholabul ‘ilm dan orang miskin untuk ikut berbuka puasa bersama kami di rumah. Setelah shalat Isya, beliau akan kembali ke rumah untuk makan malam dan memberikan fatwa melalui telepon. Selain itu, orang-orang mengunjungi rumah kami untuk sekedar memberikan salam kepada Syaikh atau meminta fatwa kepada beliau.
22
Dimana Syaikh suka menghabiskan waktunya untuk istirahat?
Jawaban : Pada kenyataannya, Syaikh tidak mengenal istirahat, semua waktunya digunakan. Bahkan saat sedang duduk-duduk bersama kami, terkadang telepon berdering dan beliau akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menangani panggilan telpon itu. Waktu istirahat beliau hanyalah saat menyebarkan ilmu, memenuhi kebutuhan masyarakat, dan memberikan fatwa.
23
Berapa jam waktu tidurnya Syaikh dalam sehari?
Jawaban : Waktunya tak melebihi 3 – 4 jam. Secara total, tak melebihi 6 jam dalam seharinya.
24
Diantara siswanya, siapa yang paling dipujinya, sering disebut namanya, dan beliau senang atas kunjungannya?
Jawaban : Beliau tidak membeda-bedakan murid-muridnya. Semuanya sudah seperti anak-anaknya, beliau tidak memuji mereka secara khusus melainkan memandang mereka semuanya sama ketika menyambut mereka di rumah. Selain itu, beliau akan berusaha memenuhi acara-acara khusus, rapat, perjalanan, atau membantu mereka jika mereka membutuhkannya.
25
Bagaimana keluarga menghadapi keshalehan Syaikh?
Jawaban : Kami menjadikan beliau sebagai contoh panutan dalam segala hak dan kami memuji keshalehannya, yang membuat kami merasa nyaman karena beliau tidak suka adanya tingkah laku yang tidak baik berada di sekitanya. Beliau adalah orang yang sederhana yang menyukai kemudahan dalam segala hal.
26
Apakah beliau menangis saat Syaikh Abdul Aziz bin Baaz wafat?
Jawaban : Beliau sangat terpengaruh oleh wafatnya Syaikh, orang yang menjadi sumber ilmunya. Semua orang di sekililingnya merasakan besarnya dampak itu secara mendalam. Semoga Allah Ta’ala mengumpulkan kita di dalam Surganya yang penuh keberkahan.
27
Apakah beliau pernah berpergian selain untuk tujuan menuntut ilmu?
Jawaban : Tidak, beliau tidak berpergian kecuali untuk menuntut ilmu. Beliau melakukan perjalanan ke Makkah untuk ‘umrah dimana beliau juga mendedikasikan waktunya untuk ceramah. Selain itu, beliau juga pergi ke Riyadh dan Tha’if untuk menghadiri rapat Komite Agung Cendikiawan dimana beliau juga mengadakan ceramah dan jadwal kuliah.
28
Bisakah Anda memberitahu kepada kami tentang kemurahan hati Syaikh kepada orang-orang yang membutuhkannya?
Jawaban : Kami dibiasakan untuk memahami perhatiannya kepada orang-orang yang membutuhkan, apakah mereka itu jauh maupun dekat. Misalnya, beliau selalu memperhatikan urusan di dalam keluarga dan kaum kerabat yang membutuhkan. Selain itu, beliau juga melakukan hal yang sama kepada tetangganya, membantu mereka dalam hal-hal yang mereka butuhkan, menghibur mereka dari rasa khawatir dan berbagi dengan kebahagiaan mereka.
29
Apa yang Anda pelajari dari Syaikh? Apakah Anda juga memperlajari fatwa? Apakah Anda pernah memberikan fatwa?
Jawaban : Saya belajar dari Syaikh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan ini, baik dari aspek sosial atau hukum. Mengenai pemberian fatwa, saya tak akan berani melakukan itu. Saya hanya menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang saya terima kemudian saya berikan kepada beliau.
30
Sebelum beliau wafat, apakah beliau memberikan pesan-pesan terakhirnya untuk orang yang dikasihinya?
Jawaban : Syaikh tidak memberikan pesan-pesan khusus sebelum beliau wafat, tapi sepanjang hidupnya, beliau memberikan pengarahan kepada semua orang yang berguna bagi kehidupan mereka dan agamanya.
31
Kami ingin mendengar pesan dari Anda untuk para istri penelepon dan para penuntut ilmu.
Jawaban : Mereka harus mempertahankan suami mereka, secara terbuka dan diam-diam. Selain itu, mereka harus mempersiapkan mereka agar terus dalam situasi dan kondisi yang terbaik untuk dapat berdakwah dan menuntut ilmu. Saya juga mendorong mereka agar tidak mengganggu jadwal suami yang padat dan perjalanan mereka, saat menuntut ilmu, membaca, dan berdakwah. Dengan kehendak Allah, mereka akan mendapatkan pahala.
32
Bisakah Anda memberitahu kami tentang cara Syaikh menerima tamu-tamunya?
Jawaban : Beliau menerima tamu-tamunya dengan sederhana dan terbuka menyambutnya. Beliau memastikan bahwa mereka merasa seperti tamu, dan tiada hari berlalu kecuali memberikan tamu-tamunya makanan, baik makan siang, makan malam atau diantaranya. Kami senang dengan tamu-tamunya dan menghormati mereka.
33
Bagaimana dengan jarangnya dan senangnya beliau saat bertemu dengan anak-anaknya atau para tetangga?
Syaikh bersikap dengan sederhana terhadap anak-anaknya dan para tetangga dan semua orang yang ada di sekelilingnya. Dan salah satu dari hal yang jarang terjadi dan merupakan liburan yang menyenangkan Syaikh gunakan untuk merekam beberapa bacaan pendek dan nasheed2 anak-anaknya dan terkadang di hadapan salah seorang anak tetangga. Kemudian beliau akan mengulang rekaman itu di hadapan orang-orang dalam beberapa pertemuan. Bahkan kami masih terus membuat rekaman tersebut sampai saat ini.
34
Apa saran Anda terhadap kerusakan yang tersebar di kerajaan kita?
Jawaban : Kita memohon kepada Allah agar kita dapat mempertahankan tanah kita dan melimpahkan kita keamanan dan keselamatan. Syaikh sering mengulangi menyebutkan bahwa beliau tidak tahu apakah ada negara di muka bumi ini yang memegang keyakinan yang benar seperti kerajaan kita ini. Demikian pula, beliau mengajak kita untuk menghadapinya dengan bijaksana, memberikan peringatan dengan baik, dan lebih baik berbuat baik dari pada dengan kekerasan.
35
Apakah Syaikh ada meminta Anda untuk melakukan sesuatu yang terasa aneh dan membuat Anda merasa ragu-ragu?
Jawaban : Ini mungkin tidak diketahui sebagian besar orang bahwa saya buta huruf dan tidak menerima sedikitpun pendidikan formal. Ketika saya pertama kali menikah dengan Syaikh, saya benar-benar sibuk melayaninya dan memberikannya kebenaran, lingkungan yang nyaman agar dapat menuntut ilmu dan mengajar. Setelah kami memiliki anak, saya sibuk dengan mereka, mengambil semua waktu saya untuk membesarkan mereka, disamping waktu yang saya habiskan untuk membantu dan mendukung Syaikh dalam menuntut ilmu. Setelah anak-anak besar dan tanggung jawab saya sedikit mereda, saya terkejut karena Syaikh mulai mengajak saya untuk ikut sekolah khusus orang tua. Meskipun awalnya saya ragu, namun akhirnya saya memutuskan untuk bergabung. Selama saya belajar, beliau mengikuti prestasi saya dan tidak membolehkan anak-anak untuk menandatangani laporan akademis saya. Beliau berkata, “Hanya sayalah yang menandatangi semua yang berhubungan dengan laporan akademismu.” Masa-masa belajar adalah periode yang tak terlupakan, manfaatnya tak terhitung nilainya.
36
Hadiah apa yang diberikan Syaikh kepada Anda, anak-anaknya, dan orang-orang pada umumnya?
Jawaban : Sepanjang hidupnya, beliau tak akan menahan apapun dari mereka yang dekat dan mereka yang jauh, dengan segenap kemampuannya. Hadiah terbesarnya untuk kita adalah dakwah dan doa, saya memohon kepada Allah untuk mengabulkan doanya, menerima amalan baiknya, dan memberikan kepada kita kemampuan agar selalu dalam kebenaran setelah kematiannya.
37
Apakah ada hal-hal yang indah yang dilakukan Syaikh dengan Anda yang pernah terjadi di masjid?
Jawaban : Beliau selalu mengatakan kepada kita tentang hal-hal yang dianggap layak untuk disebutkan.
38
Kapan Syaikh melakukan perjalanan dakwah dan bagaimana Anda menangani situasi itu?
Jawaban : Saya mengajak dan mendorongnya sebaik mungkin agar semuanya menjadi mudah baginya dengan cara menyediakan semua kebutuhannya. Pada umumnya, perjalanan itu hanya sedikit, dan biasanya saya ikut serta dalam kebanyakan perjalanan beliau.
39
Bisakah Anda memberitahu kami tentang kegunaan internet bagi Syaikh saat pertama kalinya diperkenalkan di kerajaan?
Jawaban : Beliau termasuk yang paling awal dalam memperoleh manfaat dari layanan ini dan mencoba memanfaatkannya untuk menyebarkan ilmu Islam. Tak ada yang lebih jelas selain pembuatan situs yang semuanya berisi hasil kerjanya. Saat ini situs ditangani oleh organisasi amal yang dibentuk setelah kematiannya.
40
Kapan Syaikh membeli mesin penjawab telepon otomatis?
Jawaban : Dari hal-hal yang tidak diketahui khalayak adalah Syaikh memiliki ketertarikan dengan perkembangan teknologi. Ada beberapa yang beliau gunakan seperti yang sering Anda lihat saat beliau gunakan tapi benda tersebut belum dilepas di pasaran, termasuk arloji elektronik, alat penunjuk arah kiblat, audio perekam, ponsel, dan mesin penjawab telepon otomatis, dan banyak gadget lainnya. Beliau mendapatkan mesin penjawab otomatis begitu mesin itu tersedia di kerajaan ini. Beliau sering menggunakannya, terkadang memogramnya dan merekam pesan sendiri, ketika akan mengadakan perjalanan, beliau akan meninggalkan pesan terperinci tentang cara untuk menghubunginya saat beliau pergi. Beliau merupakan sumber informasi bagi kami semua.
41
Apakah Syaikh membeli surat kabar dan bagaimana beliau mengetahui tentang berita lokal dan nasional?
Jawaban : Kami mendapatkan satu surat kabar sebagai hadiah dan beliau membacanya dikala sempat. Kadang beliau meminta kami untuk menggunting sebuah artkel atau berita sehingga dapat disimpan. Selain itu, beliau mendengar berita dari radio terutama saat sarapan sekitar jam 7 atau 8 pagi ketika beliau sedang ingin mendengarkan salah satu stasiun penyiaran Al-Qur’an dari Riyadh atau BBC. Selain itu, beliau mau mendengarkan analisa yang panjang dari sebuah berita jika hal itu merupakan perkembangan yang penting.
42
Apakah ada yang pernah menawarkan pada Syaikh untuk pindah ke Riyadh?
Jawaban : Sudah beberapa kali beliau diminta untuk pindah ke Riyadh, Madinah, dan Mekah. Bahkan beliau ditugaskan menjadi hakim di Provinsi Timur Al-Ihsaa tapi beliau melihat bahwa tinggal di Unayzah memiliki keuntungan yang besar, sehingga beliau menolak tawaran itu.
43
Selama kunjungan Raja Faisal (rahimahullah), Raja Khaled (rahimahullah), Raja Fahd (rahimahullah), dan pangeran lainnya, apa yang ditawarkan Syaikh buat mereka?
Jawaban : Ketika beliau di rumahnya yang terbuat dari lumpur di Unayzah, beliau dikunjungi oleh Raja Saud (rahimahullah), Raja Khaled (rahimahullah), dan Raja Fahd (rahimahullah), mereka kagum dengan kerendahan hatinya, keshalehannya, kesederhanaannya, dan ibadahnya.
44
Apakah ada yang menawarkan untuk memasang instrumen echo pada mikrofon di masjidnya Syaikh?
Jawaban : Syaikh tidak melihat hal itu.
45
Apakah Syaikh menikah dengan wanita lain selain Anda dan berapa banyak istrinya?
Jawaban : Tidak, Syaikh tidak menikah selain dengan saya. Dia pernah menikahi dua istri sebelum saya; istri pertamanya meninggal dunia dan Allah tidak berkehendak untuk melanjutkan pernikahannya yang kedua.
46
Kami butuh pesan dari Anda untuk orang-orang yang memiliki istri lebih dari satu.
Jawaban : Keadilan. Keadilan. Keadilan.
47
Jika seseorang meminta seorang bapak (contohnya Syaikh) untuk menegur saya sebagai seorang gadis, apa yang Anda harapkan darinya?
Jawaban : Beliau akan menegur Anda seperti beliau menegur anak perempuannya dan semua putri dari umat Islam untuk takut kepada Allah baik secara terbuka maupun diam-diam, untuk berbuat baik kepada orang tua, menjunjung tinggi ikatan kekerabatan, menjaga suami, dan ketakutan kepada Allah dalam membesarkan anak-anak secara Islami berdasarkan kemurahan hati dan kebaikan.
48
Apakah Syaikh memberitahu Anda tentang Mujahid di Chechnya dan tempat-tempat laih terutama karena telah sampai pada kami berita tentang mereka dan Fatwa?
Jawaban : Beliau tertarik mengikuti perkembangan kaum Muslim dimana-mana, di Palestina, Aljazair, Afganistan, dan Chechnya3.
49
Bagaimana Syaikh menerima berita tentang penyakitnya dan bagaimana beliau memberitahukannya kepada Anda tentang hal itu?
Jawaban : Beliau menerima berita itu dengan kesabaran, untuk mengharapkan pahala. Salah seorang anak saya melaporkan kepada saya bahwa setelah mereka menerima berita itu, beliau menyuruh mereka untuk menyimpan berita itu dari saudara-saudara mereka lainnya, saya, dan hanya dia yang akan menyampaikan berita itu. Beliau menyampaikan berita itu secara bertahap. Semoga Allah mengampuninya dan memberinya tempat tinggal yang luas di syurga.
50
Kami datang untuk mengetahui bahwa selama sakitnya Syaikh menolak untuk menyebut sakit kankernya sebagai “penyakit jahat” melainkan hanya menyebutnya sebagai berbahaya. Dapat Anda memberitahu kami tentang hal ini dan tentang kesabarannya?
Jawaban : Hal seperti itu bukan hanya setelah beliau sakit melainkan beliau telah berpendapat seperti itu sejak sebelumnya karena beliau tidak suka menggunakan istilah “jahat” untuk penyakit ini.
Adapun tentang kesabarannya, ini terlihat dalam penyakitnya dan saya tahu bahwa beliau sangat menderita karena penyakitnya itu. Rasa sakit membangunkannya berkali-kali di malam hari, setiap kali beliau ditanya tentang hal itu, beliau akan memastikan bahwa beliau mengatakan rasa sakit itu hanya sebagai informasi bukan sebagai keluhan karena beliau tahu bahwa pahala bagi mereka yang sabar.
Segala puji bagi Allah dan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para shahabat yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat.
Catatan Kaki:
1. Merupakan nama dari dua anaknya.
2. Syaikh menyebutkan Nasyid Islami agar tidak membingungkan anak-anak kecil tersebut.
3. Diketahui bahwa Syaikh (rahimahullan) seperti para ulama lain yang dapat dipercaya di zaman kita, al-Albani, bin Baaz, serta Syaikh bin Shalih Al-Fauzan telah mengerahkan upaya yang besar untuk mengarahkan kaum muslim di negara ini dan negara lain atas realitas ini dan kondisi jihad dan memperingatkan mereka dari penyimpangan seperti terlihat dalam fatwa-fatwa yang mereka terbitkan dan saran.
Sumber: understand-islam.net diterjemahkan oleh Tim Shalihah.com • Sumber dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
Subscribe to:
Posts (Atom)