Wednesday, 27 January 2016

Pentingnya Menjaga Akidah Anak Kita [2]

Menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah, keluarga dan sahabat beliau membuat anak tergugah, dan menambah semangat keislaman
Pentingnya Menjaga Akidah Anak Kita [2]

SATU hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki.” (QS: An-Nisaa’: 48)
Lima Tips
Hubungan interaktif  yang dijalin Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dengan anak-anak dalam menanamkan akidahnya yaitu:
Pertama, mentalqin anak untuk mengucapkan kalimat Tauhid laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullaah, apabila anak sudah dapat berbicara untuk pertama kalinya.
Kedua, Menanamkan raca cinta kepada Allah Subhanahu Wata’ala, memohon pertolongan kepada-Nya, merasa selalu diawasi oleh-Nya serta beriman kepada ketentuan dan takdir.
Ketiga, menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, keluarga dan sahabat beliau. Dengan cinta inilah perasaan anak (akan) tergugah, (kemudian) menambah semangat keislamannya serta mendorongnya untuk meneladani tokoh atau sang idola terbaik.
Keempat, mengajarkan al-Qur’an kepada anak supaya mereka mendapatkan penanaman akidah dari al-Qur’an sejak kecil. Manusia  diseru  untuk  mengikuti  al-Qur’an, satu-satunya kitab suci yang Allah nyatakan bersih dari keraguan (Laa Raiba Fiihi),  dijamin keseluruhan isinya (wa innaa lahu  la-haafidzuun), dan tiada mungkin di buat tandingannya (Laa ya’tuuna bi-mitslihi). Dari abad ke abad, al-Qur’an telah terbukti menjadi inspirasi para penuntut ilmu, pemburu hikmah dan pencari hidayah.
Kelima, mendidik anak agar teguh dan berkorban demi akidah. Sebagaimana anak-anak para sahabat yang berjalan di jalan iman dan tidak takut kepada siapa pun karena Allah.
Seorang pakar kristologi Dewi Purnamawati mengatakan, “salah satu yang harus diperhatikan untuk menanamkan kalimat tauhid pada anak yaitu menjadikan ayat-ayat al-Qur’an  menjadi hafalan wajib, yang harus dilantunkan setiap hari dan disampaikan secara jelas dan gambling.
Seperti  Q.S. Ali Imran ayat 19, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (ayat 85). Barangsiapa  mencari  agama  selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” Serta Q.S. Al-Maidah: 3; ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.”
Beliaupun menambahkan bahwa, “menanamkan tauhid pada anak kecil bisa melalui lagu bernuansa Islam tanpa musik untuk membangkitkan semangat, namun harus diawali pemaksaan secara halus oleh orang tua. Sebagaimana umat Kristen memperlakukan/mendidik anak-anaknya, yang sejak kecil sudah dikondisikan menjadi laskar militan, sebagai umat Islam, generasi khairu ummah seharusnya kita tidak boleh kalah, karena konsep pendidikan anak da;am Islam sudah sangat lengkap.” Wallahu’alam bishawab.*/Sri Hartati, pegiat komunitas penulis “Malika”  
sumber  http://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-keluarga/read/2016/01/26/88165/pentingnya-menjaga-akidah-anak-kita-2.html

Pentingnya Menjaga Akidah Anak Kita [1]

Posisi tarbiyah sangat penting terhadap anak, sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang sholih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para pendidik
Pentingnya Menjaga Akidah Anak Kita [1]
ILUSTRASI

APAKAH 
Islam dan Al-Qur’an Benar?, tanya seorang siswi Madrasah Aliayah (MA) suatu hari.
“Memangnya Islam yang paling benar dan apakah al-Qur’an itu benar adanya dari Allah?” tanya siswi yang duduk di kelas tiga semester awal ini. Saya balik bertanya, ”Apakah tidak yakin kalau Islam dan al-Qur’an itu benar ?” Ia pun menjawab, ”Ya seperti itulah, kadang timbul keraguan kalau al-Qur’an dan Islam itu benar atau tidak!”
Dialog tersebut terjadi saat saya menjadi salah satu tutorhalaqah Pesantren Ramadhan tahun 2013 di salah satu madrasah dalam materi Islam adalah Dinullah.
Penulis sengaja menggunakan kata “Islam yang benar” bukan “Islam yang paling benar” karena satu kalimat tersebut merupakan salah satu refleksi yang mengandung makna akidah. Karena jika menggunakan kalimat “Islam yang paling benar” maka secara tidak langsung akan ada pengakuan tersirat bahwa agama yang lain selain Islam itu mengandung kebenaran.
Melihat latarbelakang siswi tersebut , sempat terlintas dalam benak saya bahwa seharusnya dia sangat tidak layak menanyakan keotentikan Islam dan al-Qur’an yang nota bene sudah final. Karena dia telah menjalani kehidupannya dari lahir hingga kini ia beranjak remaja di salah satu ma’had, dan menjalani pendidikannya di Madrasah Aliyah.
Namun, sebagai orang bijak, selayaknya kita tidak menyalahkan ma’had dan madrasahnya tempat ia belajar, karena sekolah hanya menjadi salah satu wadah untuk memantapkan akidah seorang anak.
Rumah merupakan lingkungan utama yang menjadi awal pembentukan pola pikir sang anak, dan yang memiliki peran utama dalam pendidikan aqidah anak adalah orang tua. Jika dasarnya tidak kuat maka bisa jadi pola pikir anak-anak terbawa arus sesuai yang ditemukannya, apakah dari hasil membaca berita, karena di zaman digital ini begitu mudahnya untuk mengakses apa saja kapan dan dimanapun.
Keluarga, terutama orang tua  mempunyai  peranan  penting  dalam pendidikan anak,  baik  dalam  lingkungan  masyarakat Islam  maupun  non-Islam.  Karena keluarga merupakan  tempat pertama tumbuh kembang anak dimana  ia  mendapatkan  pengaruh  dari  anggota keluarganya pada  masa  yang  amat  penting  dan  paling  kritis  dalam pendidikan  anak,  yaitu  tahun-tahun  pertama  dalam kehidupanya.
Sebab,  pada  masa tersebut apa  yang  ditanamkan  dalam  diri  anak  akan  sangat membekas,  sehingga  tidak mudah  hilang  atau  berubah.
Dari  sini,  keluarga  mempunyai  peran  besar  dalam pembentukan akhlak seorang anak.  Keluarga  merupakan batu  pondasi  bangunan masyarakat  dan tempat  pembinaan pertama  untuk  mencetak  dan  mempersiapkan  personilnya. Terutama, dalam pendidikan akidah dan pembentukan pribadi anak.
Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam  bersabda:
Dari Abu Hurairah Rasulullah telah bersabda:
مَا مِنْ مَوُلُودٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلىَ الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”
Syeikh  Abu  Hamid Al  Ghazali  ketika  membahas tentang  peran  kedua  orangtua dalam  pendidikan  mengatakan:
“Ketahuilah,  bahwa  anak kecil  merupakan  amanat  bagi  kedua  orangtuanya.  Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong  kepada  apa  saja  yang  disodorkan  kepadanya  Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan  dan  berbahagialah  kedua  orang  tuanya  di  dunia dan  akherat,  juga  setiap  pendidik  dan  gurunya.  Tapi  jika dibiasakan  kejelekan  dan  dibiarkan  sebagai  mana  binatang temak,  niscaya  akan  menjadi  jahat  dan  binasa.  Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia  memelihara  mendidik  dan  membina  serta  mengajarinya akhlak  yang  baik,  menjaganya  dari  teman-teman  jahat, tidak  membiasakannya  bersenang-senang  dan  tidak  pula menjadikannya  suka  kemewahan,  sehingga  akan menghabiskan  umurnya  untuk  mencari  hal  tersebut  bila dewasa.”
Allah Subhanahu Wata’ala telah mengingatkan kita melalui firmanNya;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6)
Berkata Amirul Mukminin Ali ra “Ajarilah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka. ”Zubair bin Awam misalnya, ia merupakan salah seorang dari pasukan berkudanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab, “Satu orang Zubair menandingi seribu orang laki-laki.” Ia seorang pemuda yang kokoh akidahnya, terpuji akhlaqnya, tumbuh di bawah binaan ibunya, Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibinya Rasulullah dan saudara perempuannya Hamzah.
Posisi tarbiyah sangat penting terhadap anak, sebagaimana  Allah Subhanahu Wata’ala mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang sholih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para pendidik, begitu pula dengan sosok pribadi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai seorang rasul sekaligus menjadi imam para murabbi dunia.*/Sri Hartati, pegiat komunitas penulis “Malika” (BERSAMBUNG)
sumber  http://www.hidayatullah.com/kajian/jendela-keluarga/read/2016/01/26/88161/pentingnya-menjaga-akidah-anak-kita-1.html
DOWNLOAD MATERI SARASEHAN DAN DIALOG PENEGUHAN AMAL DENGAN ILMU SEPUTAR 'IDUL ADHA DI SINI .BAGI ANDA YANG INGIN MENGETAHUI KRETERIA HEWAN/DAGING YANG SEHAT DAN SAKIT SERTA MANFA'AT DAN MADLOROTNYA ANDA BISA MEN DOWNLOAD NYA DI SINI